Kisah Rasul 25-27: Perjalanan Paulus Menuju Roma

"Tetapi setelah lewat beberapa hari, Agripa dan Bernike turun ke Kaisarea untuk memberi salam kepada Festus." (Kisah Para Rasul 25:13)

Bab 25 dan 26 dari Kisah Para Rasul membawa kita pada sebuah periode penting dalam kehidupan Rasul Paulus: masa penahanannya di Kaisarea selama dua tahun. Setelah perjalanannya yang penuh gejolak dan penangkapan di Yerusalem, Paulus dibawa ke Kaisarea untuk diadili di hadapan Gubernur Feliks. Namun, Feliks menunda keputusan, berharap Paulus akan memberinya uang suap. Selama dua tahun, Paulus tetap berada di penjara di Kaisarea, namun ia tidak berhenti memberitakan Injil, bahkan kepada para pejabat yang mengunjunginya, termasuk Feliks dan istrinya.

Kisah Rasul 25-27 Pergumulan Iman dan Pengharapan

Ilustrasi: Perjalanan Iman Paulus

Kemudian, Feliks digantikan oleh Festus. Para pemimpin Yahudi kembali mengajukan keluhan terhadap Paulus kepada Festus, memohon agar Paulus dibawa ke Yerusalem. Namun, Festus menolak, dan persidangan kembali diadakan di Kaisarea. Di sinilah kita melihat kisah yang menonjol dalam Kisah Para Rasul 25, ketika Raja Agripa II dan saudari perempuannya, Bernike, datang mengunjungi Festus. Festus, yang bingung tentang apa yang harus dilakukan dengan Paulus dan bagaimana menyampaikan tuduhannya kepada kaisar di Roma, memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta nasihat Agripa, yang memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang hukum dan adat Yahudi.

Paulus pun diberi kesempatan untuk membela diri di hadapan Agripa, Festus, dan para pejabat penting lainnya. Dalam pembelaannya yang panjang dan penuh semangat (terdapat dalam Kisah Para Rasul 26), Paulus menceritakan kembali pengalamannya yang luar biasa, mulai dari masa mudanya sebagai penganiaya jemaat, pertemuannya yang dramatis dengan Kristus dalam perjalanan ke Damaskus, hingga panggilannya untuk menjadi rasul bagi bangsa-bangsa lain. Ia dengan jelas menyatakan imannya dan harapan pada kebangkitan orang mati, sebuah doktrin yang menjadi inti dari pewartaannya. Meskipun Agripa mengakui bahwa Paulus tidak melakukan kesalahan yang patut dihukum mati atau dipenjarakan, namun karena Paulus telah mengajukan banding kepada Kaisar, tidak ada jalan lain selain mengirimnya ke Roma.

Bab 27 mencatat perjalanan laut Paulus menuju Roma. Ia dinaikkan ke kapal bersama tahanan lainnya, di bawah pengawalan seorang perwira Romawi bernama Julius. Perjalanan ini tidak mudah. Mereka menghadapi cuaca buruk yang ekstrem, termasuk badai dahsyat yang memaksa mereka membuang barang-barang dari kapal demi bertahan hidup. Selama badai tersebut, Paulus menunjukkan ketenangan yang luar biasa, bahkan menghibur para pelaut dan penumpang, karena ia telah menerima penglihatan dari Allah bahwa tidak ada jiwa yang akan hilang dalam kecelakaan kapal itu, meskipun kapal itu akan hancur. Ia juga menguatkan mereka untuk makan, karena puasa berlarut-larut akan melemahkan mereka.

Akhirnya, kapal itu terdampar di pulau Malta. Semua orang berhasil mencapai daratan dengan selamat, sesuai dengan firman Tuhan yang telah disampaikan kepada Paulus. Di Malta, mereka disambut dengan keramahan yang luar biasa oleh penduduk setempat, yang membuat api unggun untuk menghangatkan mereka. Paulus sendiri bahkan mengalami peristiwa ajaib ketika ia digigit ular berbisa, namun tidak merasakan efek buruk apa pun, yang membuat penduduk pulau menganggapnya sebagai seorang dewa. Kisah Para Rasul 25-27 menggambarkan keteguhan iman Paulus di tengah kesulitan, kemampuan diplomatiknya dalam menghadapi pengadilan yang tidak adil, keberaniannya dalam menghadapi bahaya, dan kepemimpinannya yang menginspirasi, semua itu di bawah perlindungan dan penyelenggaraan ilahi dalam perjalanannya menuju Roma untuk kesaksian terakhir.