Kisah Rasul 26 & 28: Paulus Bertahan di Tengah Badai

"Sebab itu, hai raja Agripa, janganlah aku tidak taat kepada penglihatan yang dari surga itu, melainkan mula-mula aku memberitakan, baik kepada mereka yang di Damsyik, bahkan juga sampai di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah, serta melakukan pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu." (Kisah Para Rasul 26:19-20)

Bab 26 dari Kisah Para Rasul membawa kita pada momen krusial dalam hidup Rasul Paulus. Di hadapan Raja Agripa II dan gubernur Festus, Paulus tidak gentar. Ia dengan piawai menceritakan kembali kesaksian hidupnya, bagaimana ia yang semula menganiaya orang Kristen, justru berbalik setelah mengalami perjumpaan luar biasa dengan Yesus Kristus dalam perjalanan menuju Damsyik. Ia menekankan bahwa panggilannya untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi adalah penglihatan langsung dari surga, sebuah mandat ilahi yang tidak bisa ia abaikan. Kesaksiannya begitu kuat, bahkan Raja Agripa mengakui bahwa Paulus hampir saja diyakinkan menjadi Kristen. Namun, takdir berkata lain, dan Paulus tetap harus menghadapi persidangan di Roma.

Perjalanan menuju Roma menjadi ujian iman yang luar biasa, sebagaimana dicatat dalam Kisah Para Rasul 27. Kapal yang membawa Paulus dan para tahanan lainnya terombang-ambing oleh badai dahsyat di Laut Adriatik. Dalam situasi yang mengerikan, ketika harapan mulai padam dan awak kapal serta penumpang diliputi keputusasaan, Paulus bangkit sebagai figur yang memberi kekuatan dan pengharapan. Ia mengingatkan mereka akan janjinya bahwa tidak ada satu pun jiwa yang akan hilang, meskipun kapal akan karam. Kepercayaan penuhnya kepada Tuhan, bahkan di tengah ancaman maut, menjadi sumber keberanian bagi semua orang di kapal.

Akhirnya, kapal itu kandas di pulau Malta, namun semua orang berhasil selamat mendarat, persis seperti yang telah dinubuatkan oleh Paulus. Di pulau tersebut, mereka disambut dengan kebaikan hati oleh penduduk setempat yang belum mengenal Injil. Paulus mengalami berbagai mukjizat di sana, menyembuhkan banyak orang sakit, termasuk ayah Publius, pemimpin pulau itu. Peristiwa ini bukan hanya menyelamatkan nyawa para penumpang, tetapi juga membuka pintu bagi Injil untuk pertama kalinya masuk ke Malta. Bab 28 mengisahkan kedatangan Paulus di Roma, di mana ia menjalani masa tahanan rumah selama dua tahun. Meskipun terbelenggu, Paulus terus memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Yesus Kristus dengan penuh keberanian, tanpa hambatan.

Kisah Paulus dalam pasal 26 hingga 28 ini mengajarkan kita tentang keteguhan iman di tengah berbagai tantangan, baik berupa pengadilan, badai, maupun penahanan. Ia membuktikan bahwa panggilan Tuhan seringkali membawa kita melalui kesulitan, namun di dalamnya terdapat kuasa dan rencana ilahi yang tak terbantahkan. Keberanian dan kesetiaan Paulus menjadi teladan abadi bagi setiap orang percaya untuk terus melangkah maju, apa pun badai yang menerpa.