"Karena pelabuhan itu tidak baik untuk bermalam, maka kebanyakan dari mereka mengambil keputusan untuk meneruskan pelayaran dari situ, dengan harapan kalau-kalau mereka dapat mencapai Feniks dan bermalam di sana. Pelabuhan itu adalah pelabuhan Kreta yang menghadap ke barat daya dan barat laut."
Sebuah gambaran metaforis dari laut dan ombak dalam perjalanan
Kisah Rasul 27:12 membawa kita pada sebuah titik krusial dalam pelayaran panjang yang dijalani oleh Rasul Paulus dan rombongannya menuju Roma. Ayat ini tidak hanya mencatat sebuah keputusan logistik semata, tetapi juga menyoroti pertimbangan, ketidakpastian, dan harapan yang menyertai setiap pelaut dalam menghadapi kondisi alam. Mereka berada di sebuah pelabuhan di Pulau Kreta yang, meskipun menyediakan tempat berlindung, ternyata "tidak baik untuk bermalam." Kata "tidak baik" di sini menyiratkan lebih dari sekadar ketidaknyamanan; kemungkinan besar berkaitan dengan potensi bahaya dari cuaca yang diperkirakan akan memburuk, atau mungkin karena letaknya yang tidak strategis untuk melanjutkan perjalanan di waktu yang tepat.
Keputusan untuk berangkat kembali dari pelabuhan tersebut bukanlah keputusan yang diambil dengan ringan. "Kebanyakan dari mereka mengambil keputusan" menunjukkan adanya diskusi dan pertimbangan di antara para nahkoda kapal, pemilik kapal, atau setidaknya orang-orang yang bertanggung jawab atas keselamatan pelayaran. Tujuannya jelas: untuk mencapai pelabuhan lain yang bernama Feniks, yang dianggap lebih baik untuk tempat beristirahat. Pelabuhan Feniks ini digambarkan memiliki orientasi geografis yang lebih menguntungkan, menghadap ke arah barat daya dan barat laut. Orientasi ini kemungkinan besar menawarkan perlindungan yang lebih baik dari angin musiman yang dominan atau badai yang mungkin datang dari arah tertentu.
Ayat ini memberikan gambaran realistis tentang tantangan pelayaran di zaman kuno. Kehidupan sangat bergantung pada pengetahuan tentang angin, arus, dan topografi pantai. Feniks yang disebutkan mungkin adalah sebuah kota pelabuhan yang memiliki posisi geografis yang ideal, aman dari angin kencang yang bertiup di musim dingin dari laut Aegea. Keputusan mereka adalah sebuah pertaruhan, sebuah kalkulasi risiko berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki. Mereka memilih untuk menghadapi ketidakpastian laut yang terbuka demi mencari tempat yang lebih aman dan strategis.
Kisah ini, meskipun sederhana dalam penyajiannya, mengandung pelajaran berharga. Pertama, pentingnya melakukan evaluasi terhadap kondisi yang ada dan membuat keputusan yang matang. Kedua, keberanian untuk mengambil risiko yang terukur demi mencapai tujuan yang lebih baik. Dan ketiga, kesadaran bahwa dalam setiap perjalanan, baik fisik maupun rohani, selalu ada faktor ketidakpastian yang harus dihadapi. Rasul Paulus, yang menjadi pusat kisah ini, dikenal karena keteguhan imannya dalam menghadapi berbagai kesulitan. Keputusan pelayaran ini adalah salah satu dari banyak ujian yang ia jalani, yang pada akhirnya menuntunnya menuju Roma dan menjadi kesaksian tentang ketahanan dan kepercayaan pada pimpinan ilahi. Pelayaran ini, meskipun diawali dengan keputusan yang mungkin terasa berisiko, adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan takdirnya.