"Setelah kita berpisah dari mereka, berlayarlah kami dengan pasti ke Kios. Esok harinya kami tiba di Rodos dan dari situ kami ke Patara. Di sana kami menemukan sebuah kapal yang hendak berlayar ke Fenisia. Kami naik kapal itu dan berlayar." (Kisah Para Rasul 21:1)
Kisah Para Rasul pasal 27 hingga 31 membawa kita pada sebuah perjalanan dramatis yang dialami Rasul Paulus. Kisah ini bukan hanya tentang perjalanan fisik, tetapi juga ujian iman, ketahanan, dan kuasa ilahi yang bekerja di tengah kesulitan yang paling hebat.
Pasal 27 membuka dengan penangkapan Paulus dan perjalanannya menuju Roma untuk diadili. Mereka naik kapal bersama tahanan lain di bawah pengawalan seorang perwira Romawi bernama Yulius. Perjalanan dimulai dengan relatif lancar, tetapi segera mereka dihadapkan pada cuaca buruk yang mengerikan. Badai ganas menghantam kapal mereka di Laut Mediterania, membuat awak kapal dan penumpang putus asa. Kapal terombang-ambing, layar robek, dan seluruh kru berjuang keras untuk bertahan hidup. Di tengah ketegangan dan ketakutan yang melanda, Paulus berdiri teguh. Ia mengingatkan mereka akan firman Tuhan yang telah diterimanya, bahwa meskipun kapal akan hancur, tidak ada satu pun jiwa yang akan hilang.
Puncak dari tragedi ini adalah kapal yang akhirnya karam di sebuah pulau yang sekarang diyakini sebagai Malta. Keajaiban terjadi ketika semua orang berhasil mencapai daratan dengan selamat, persis seperti yang dijanjikan Tuhan kepada Paulus. Di Malta, mereka disambut dengan kebaikan oleh penduduk setempat yang tidak mengenal mereka. Paulus menunjukkan kasih karunia Tuhan melalui mukjizat penyembuhan yang dilakukannya, termasuk menyembuhkan ayah gubernur pulau itu dari demam. Kehadiran Paulus membawa berkat dan kesaksian iman yang kuat di tengah masyarakat tersebut.
Pasal 28 melanjutkan kisah Paulus di Malta. Setelah beberapa bulan tinggal di sana dan terus memberitakan Injil serta melakukan mukjizat, mereka akhirnya melanjutkan perjalanan mereka ke Roma. Kedatangan Paulus di Roma menandai sebuah titik penting dalam penyebaran Injil. Meskipun berada di bawah tahanan rumah, Paulus tidak pernah berhenti berkhotbah dan mengajarkan Firman Tuhan kepada siapa saja yang mengunjunginya. Ia menyambut orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi, menjelaskan Kerajaan Allah dan bersaksi tentang Yesus Kristus. Melalui pelayanan Paulus, Injil terus menyebar luas di jantung Kekaisaran Romawi.
Kisah Para Rasul 27-31 adalah pengingat yang kuat tentang kedaulatan Tuhan yang bekerja bahkan dalam situasi yang paling berbahaya. Paulus, seorang hamba Tuhan yang setia, menunjukkan keteguhan iman yang luar biasa di tengah badai, kekacauan, dan ketidakpastian. Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa ketika kita menghadapi tantangan hidup, kita dapat bersandar pada janji-janji Tuhan. Kebaikan Tuhan tidak pernah gagal, dan rencana-Nya akan selalu terlaksana, bahkan melalui penderitaan dan kesulitan.
Kisah rasul ini menggarisbawahi pentingnya ketabahan, kepercayaan, dan pelayanan yang tidak pernah padam. Meskipun Paulus adalah seorang tahanan, ia tetap menjadi seorang misionaris yang berani. Pelariannya dari bahaya laut dan keselamatannya adalah bukti nyata dari penjagaan ilahi. Perjalanan ke Roma, meski dalam kondisi terbelenggu, menjadi sebuah babak baru yang penuh kuasa dalam pelayanannya, di mana ia terus membagikan kabar baik Kristus dengan semangat yang tak tergoyahkan.