Ayat Lukas 7:46 seringkali menjadi sorotan ketika membahas momen pertemuan Yesus dengan seorang perempuan berdosa di rumah seorang Farisi bernama Simon. Kejadian ini menggambarkan kontras yang mencolok antara sikap Simon yang dingin dan penuh penghakiman, dengan kasih dan kerendahan hati yang ditunjukkan oleh perempuan tersebut. Tindakan meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi bukan sekadar gestur ceremonial, melainkan sebuah ekspresi cinta, penyesalan, dan pengabdian yang mendalam.
Dalam budaya Timur Tengah pada masa itu, meminyaki kepala tamu adalah tanda penghormatan dan keramahtamahan yang umum dilakukan oleh tuan rumah. Namun, Yesus mencatat bahwa hal ini tidak dilakukan oleh Simon. Sebaliknya, perempuan yang datang ini melakukan sesuatu yang jauh lebih pribadi dan intim: ia meminyaki kaki Yesus. Tindakan ini memerlukan keberanian dan kerendahan hati yang luar biasa, mengingat status sosialnya yang mungkin rendah karena dosanya, serta pandangan masyarakat yang cenderung menghakiminya.
Makna Simbolis Minyak Wangi
Minyak wangi yang digunakan oleh perempuan ini kemungkinan besar adalah minyak narwastu murni, yang dikenal sangat mahal dan harum. Penggunaannya untuk meminyaki kaki Yesus menyiratkan pengorbanan materiil yang signifikan dari pihak perempuan tersebut. Ini bukan sekadar uang recehan, melainkan sebuah investasi emosional dan spiritual yang dipersembahkan kepada Sang Guru. Tindakan ini mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang siapa Yesus itu, dan betapa berharganya pengampunan serta kasih yang Dia tawarkan.
Lebih dari sekadar biaya, minyak wangi itu sendiri memiliki makna simbolis. Minyak seringkali diasosiasikan dengan pengurapan, penyucian, dan kehormatan. Dengan meminyaki kaki Yesus, perempuan ini secara tidak langsung mengakui kedudukan ilahi-Nya dan mempersembahkan yang terbaik dari dirinya sebagai bentuk penyembahan. Air matanya yang membasahi kaki Yesus dan rambutnya yang mengeringkannya menambahkan lapisan emosi yang kuat, menunjukkan penyesalan yang tulus dan keinginan untuk hidup baru.
Implikasi Kasih yang Diampuni
Yesus kemudian menjelaskan mengapa perempuan ini bertindak demikian: "Karena itu Aku berkata kepadamu, dosanya yang banyak telah diampuni, sebab ia telah banyak mengasihi. Tetapi kepada orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia mengasihi." Pernyataan ini menyoroti prinsip fundamental dalam hubungan dengan Tuhan. Semakin seseorang menyadari besarnya dosa dan kebutuhan akan pengampunan, semakin besar pula kasih yang akan timbul dalam hatinya sebagai respons terhadap kasih karunia Tuhan.
Peristiwa Lukas 7:46 mengajarkan kita tentang pentingnya memiliki hati yang penuh syukur dan kasih kepada Tuhan. Pengampunan bukanlah alasan untuk berpuas diri, melainkan sebuah anugerah yang membebaskan kita untuk mengasihi dengan segenap hati. Tindakan perempuan berdosa ini menjadi pengingat abadi bahwa kasih yang tulus, yang lahir dari penyesalan mendalam dan kesadaran akan pengampunan, adalah persembahan yang paling berharga di mata Tuhan, melebihi segala formalitas lahiriah.