"Orang Yehuda telah berbuat tidak setia; kekejian telah dilakukan di Israel dan di Yerusalem. Sebab orang Yehuda telah menajiskan kekudusan TUHAN, yang dicintai-Nya, dengan perkawinan dengan perempuan orang asing."
Ayat Maleakhi 2:11 membawa pesan yang kuat mengenai pentingnya menjaga kesucian perjanjian dan hubungan dengan Tuhan. Perjanjian yang dimaksud di sini bukanlah sekadar ikatan formal, melainkan sebuah komitmen yang mendalam untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, menjaga kekudusan-Nya, dan menghormati umat-Nya. Tindakan berzinah atau mengambil istri dari bangsa asing, dalam konteks Perjanjian Lama, bukan hanya masalah sosial, tetapi merupakan pelanggaran serius terhadap identitas umat pilihan Tuhan dan kesetiaan pada perjanjian yang telah dibuat.
Ketidaksetiaan yang digambarkan dalam Maleakhi 2:11 merujuk pada berbagai aspek, namun fokus utamanya adalah pada kegagalan para imam dan umat Israel dalam menjalankan peran mereka sebagai penjaga kesucian Tuhan. Mereka telah mencampurkan diri dengan praktik-praktik atau nilai-nilai yang asing, yang bertentangan dengan ajaran Tuhan. Perkawinan dengan perempuan asing melambangkan percampuran spiritual dan budaya yang dapat mengarah pada penyembahan berhala atau pengabaian hukum Taurat. Ini adalah pengingat bahwa kesetiaan kepada Tuhan harus terlihat dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam pilihan pribadi yang paling intim sekalipun.
Bagi orang Kristen, pesan Maleakhi 2:11 tetap relevan. Meskipun konteks hukum dan budaya telah berubah, prinsip kesetiaan dan kekudusan tetap menjadi inti dari iman. Perjanjian Baru berbicara tentang gereja sebagai mempelai Kristus. Oleh karena itu, kesucian dalam hubungan dengan Kristus dan dalam komunitas gereja sangatlah penting. Perselingkuhan rohani, yaitu ketika hati dan pikiran kita condong kepada hal-hal duniawi yang menjauhkan kita dari Tuhan, dapat diibaratkan dengan tindakan berzinah dalam perjanjian lama.
Lebih jauh lagi, ayat ini mengingatkan kita akan tanggung jawab untuk menjaga integritas spiritual. Memilih pasangan hidup yang memiliki iman yang sama adalah salah satu cara untuk memastikan bahwa rumah tangga dibangun di atas fondasi spiritual yang kokoh, yang akan membantu menopang kesetiaan kepada Tuhan. Namun, pesan ini juga meluas kepada semua bentuk kompromi yang mengancam kesucian hidup kita sebagai pengikut Kristus. Apakah kita tetap setia pada nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah tekanan dunia yang seringkali menawarkan kemudahan atau kepuasan semu?
Maleakhi 2:11 adalah panggilan untuk merefleksikan kesetiaan kita kepada Tuhan. Ini mendorong kita untuk menjauhi segala sesuatu yang dapat menajiskan hubungan kita dengan-Nya, baik dalam pemikiran, perkataan, maupun perbuatan. Menjaga kekudusan Tuhan berarti hidup dengan standar-Nya, membedakan diri dari dunia yang tidak mengenal-Nya, dan memberikan hormat tertinggi kepada nama-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita. Pesan ini mengingatkan kita bahwa kesetiaan sejati kepada Tuhan akan membedakan kita dan memberkati perjalanan iman kita.