Ayat Matius 14:3 ini merupakan pengantar penting dalam narasi Injil Matius, yang membawa kita pada salah satu kisah mukjizat paling terkenal yang dicatat dalam Alkitab: pemberian makan lima ribu orang. Sebelum peristiwa mukjizat itu terjadi, Matius dengan cermat menjelaskan latar belakang dramatis yang melingkupi kehidupan Yesus. Ayat ini secara spesifik menyoroti tindakan Herodes Antipas, penguasa Galilea, yang memerintahkan penangkapan Yohanes Pembaptis. Tindakan ini bukan tanpa sebab, melainkan dipicu oleh desakan Herodias, istri Filipus yang juga merupakan keponakan Herodes, dan kemudian diambil oleh Herodes sebagai istrinya. Perkawinan ini melanggar hukum Taurat, dan Yohanes Pembaptis dengan berani menegur Herodes atas perbuatannya.
Penangkapan Yohanes Pembaptis menjadi titik balik dalam hubungan antara penguasa dan pembawa pesan ilahi. Tindakan ini menunjukkan bahwa pesan kebenaran seringkali berhadapan dengan kekuasaan yang tidak bersedia tunduk pada prinsip moral. Herodes, meskipun mungkin terganggu oleh teguran Yohanes, memilih untuk membungkam suara kenabian demi menjaga status quo dan memenuhi keinginan istrinya. Ia membelenggu Yohanes dan membuangnya ke dalam penjara, sebuah tindakan yang mengisyaratkan adanya potensi ancaman yang lebih besar bagi pelayanan Yesus sendiri.
Konteks ini menjadi sangat relevan ketika kita melihat bagaimana mukjizat pemberian makan lima ribu orang terjadi. Yesus, yang terus menerus menarik perhatian banyak orang dengan ajaran dan mukjizat-Nya, seringkali bergerak di tengah masyarakat yang penuh dengan gejolak politik dan agama. Kehadiran-Nya menjadi semacam oasis ketenangan dan harapan di tengah situasi yang tidak pasti. Penangkapan Yohanes, seorang tokoh yang dihormati dan memiliki pengaruh besar, bisa jadi menimbulkan rasa cemas dan ketidakpastian di kalangan pengikutnya, termasuk para murid Yesus.
Dalam situasi inilah, Yesus menunjukkan kuasa dan kasih-Nya. Ketika Ia melihat kerumunan orang, hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. Mukjizat itu bukan hanya demonstrasi kekuatan supernatural, tetapi juga ungkapan kepedulian-Nya terhadap kebutuhan fisik dan spiritual umat-Nya. Ia mengambil lima roti dan dua ikan yang dipersembahkan oleh seorang anak, dan dengan kuasa-Nya, Ia membagikannya hingga cukup untuk memberi makan lima ribu laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak-anak. Peristiwa ini menekankan bahwa dalam keterbatasan yang paling sederhana sekalipun, kuasa Tuhan dapat berlipat ganda dan mencukupi setiap kebutuhan.
Ayat Matius 14:3, meskipun singkat, memberikan dasar teologis dan historis yang kuat untuk memahami mukjizat yang akan datang. Ia menunjukkan bahwa bahkan di tengah penindasan dan ketidakadilan, kehendak Tuhan tetap bekerja. Kisah penangkapan Yohanes Pembaptis dan mukjizat pemberian makan lima ribu orang bersama-sama mengajarkan kita tentang keberanian dalam menyatakan kebenaran, kesetiaan pada prinsip, dan kebesaran belas kasih Tuhan yang mampu mengubah keterbatasan menjadi kelimpahan. Ini adalah pengingat bahwa di saat-saat paling kelam sekalipun, ada harapan dan pemeliharaan ilahi yang selalu menyertai mereka yang mencari-Nya.