"Perintahkanlah supaya kubur itu dijaga seaman-amannya sampai hari yang ketiga, kalau-kalau murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat, bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penipuan yang terakhir ini akan lebih celaka daripada yang pertama."
Ayat Matius 27:64 merupakan kesaksian penting tentang bagaimana para pemimpin agama Yahudi dan otoritas Romawi berusaha mengamankan tubuh Yesus Kristus setelah penyaliban-Nya. Ketakutan mereka bukan terhadap kematian itu sendiri, melainkan terhadap kemungkinan kebangkitan Yesus yang telah diramalkan-Nya.
Permintaan untuk menjaga kubur itu seaman-amannya hingga hari ketiga menunjukkan betapa besar kekhawatiran mereka akan pengaruh Yesus bahkan setelah kematian-Nya. Mereka memahami bahwa janji kebangkitan adalah inti dari klaim Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Jika Yesus benar-benar bangkit, maka seluruh otoritas dan penjelasan mereka tentang Dia akan terbongkar, dan "penipuan yang terakhir ini akan lebih celaka daripada yang pertama." Ungkapan ini mengacu pada kemungkinan murid-murid mencuri tubuh Yesus dan menyebarkan berita kebangkitan palsu.
Namun, ironisnya, tindakan pengamanan kubur ini justru menjadi bukti paling kuat bagi kebangkitan Yesus. Ketika para penjaga yang terlatih dan dikirim oleh pihak berwenang mendapati kubur itu kosong pada hari ketiga, mereka tidak dapat menyangkal fakta tersebut. Mereka melaporkan kejadian itu kepada para pemimpin agama, yang kemudian memilih untuk menyebarkan cerita bohong bahwa murid-murid telah mencuri tubuh Yesus. Kebohongan ini, alih-alih meredam, justru semakin memperkuat keyakinan banyak orang akan kebangkitan Kristus.
Kisah ini menyoroti iman yang teguh dari para pengikut Yesus yang berani mewartakan kebangkitan-Nya meskipun menghadapi penolakan, penganiayaan, dan ancaman. Mereka tidak memiliki kekuatan duniawi atau otoritas untuk mencuri tubuh Yesus dan menciptakan kebohongan. Kesaksian mereka adalah kesaksian dari pengalaman pribadi yang transformatif, melihat Yesus yang bangkit. Matius 27:64, meskipun diucapkan oleh para musuh Kristus, akhirnya menjadi sebuah pengakuan yang tidak disengaja tentang kebenaran rencana ilahi yang tak terhindarkan: kebangkitan-Nya dari kematian.
Pengamanan kubur tersebut, yang dirancang untuk mencegah kebangkitan, justru menjadi latar belakang bagi peristiwa paling monumental dalam sejarah keselamatan. Para penjaga Romawi yang gagah berani, yang memastikan bahwa kubur itu tertutup rapat, pada akhirnya menjadi saksi bisu dari mukjizat terbesar yang membuktikan keilahian Yesus Kristus. Kebangkitan-Nya bukan hanya sebuah peristiwa historis, tetapi fondasi dari iman Kristen itu sendiri, memberikan harapan akan hidup kekal bagi semua yang percaya.