Mazmur 109:9 - Doa Memohon Keadilan Ilahi

"Biarlah anak-anaknya menjadi yatim, dan istrinya menjadi janda." (Mazmur 109:9)

Ayat Mazmur 109:9, sebuah kutipan yang mungkin terdengar keras bagi pendengar modern, sesungguhnya adalah bagian dari sebuah doa yang mendalam dan penuh kepedihan dari pemazmur. Dalam konteks Kitab Mazmur, doa-doa semacam ini seringkali merupakan ekspresi dari penderitaan yang luar biasa, pengkhianatan, dan permintaan pertolongan kepada Tuhan ketika manusia tidak lagi mampu menanggung beban atau mencari keadilan di dunia fana.

Mazmur 109 secara keseluruhan adalah sebuah mazmur ratapan yang sangat kuat. Pemazmur berada dalam situasi genting, dikelilingi oleh musuh-musuh yang berbuat jahat dan berbohong terhadapnya. Ia merasakan ketidakadilan yang begitu besar sehingga ia memohon kepada Tuhan untuk campur tangan dan menghakimi para penzalimnya. Ayat 9 ini adalah salah satu permohonan spesifik yang diajukan, bukan sebagai keinginan untuk kejahatan semata, tetapi sebagai penyerahan diri pada keadilan ilahi yang sempurna.

Simbol keadilan dan perlindungan ilahi

Ketika pemazmur berdoa agar anak-anak dan istri musuh-musuhnya menjadi yatim dan janda, ini bukanlah ekspresi dendam pribadi semata. Dalam budaya kuno, keluarga adalah fondasi masyarakat dan sumber perlindungan. Menjadi yatim atau janda berarti kehilangan perlindungan, sumber nafkah, dan status sosial. Permohonan ini adalah seruan agar kejahatan yang mereka tabur, harus berujung pada kehancuran bagi mereka, setidaknya secara material dan sosial, sehingga mereka merasakan dampak dari perbuatan jahat mereka sebagaimana yang dirasakan oleh pemazmur.

Lebih dari sekadar kutukan, ayat ini mengajarkan kita tentang sifat keadilan Tuhan. Tuhan melihat segala ketidakadilan dan kebohongan yang terjadi di dunia. Ketika kita merasa tidak berdaya menghadapi penindasan, Alkitab menawarkan penghiburan bahwa ada Hakim yang adil. Mazmur 109 mengingatkan kita untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi menyerahkan perkara kepada Tuhan. Doa semacam ini menyoroti keyakinan bahwa Tuhan pada akhirnya akan menegakkan keadilan bagi umat-Nya.

Dalam tafsiran yang lebih luas, Mazmur 109 juga menjadi gambaran tentang penderitaan Kristus. Yesus Kristus, Anak Domba Allah, adalah korban dari ketidakadilan dan pengkhianatan manusia. Ia memaafkan musuh-musuh-Nya, namun doa-doa dalam Mazmur seperti ini seringkali dilihat sebagai nubuat tentang konsekuensi kejahatan yang akan dihadapi oleh mereka yang menolak dan menyakiti Kristus serta umat-Nya.

Membaca dan merenungkan Mazmur 109:9, kita diajak untuk memahami kedalaman penderitaan manusia, tetapi juga kekuatan iman dalam menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan. Ini adalah pengingat bahwa meskipun dunia tampak penuh ketidakadilan, ada harapan dalam keadilan ilahi yang sempurna dan tak pernah gagal. Doa seperti ini mengajarkan kita untuk tidak berhenti berharap pada keadilan, bahkan di saat-saat tergelap sekalipun, dan untuk selalu bersandar pada kekuatan Tuhan.