Mazmur 144:3

TUHAN, apakah gerangan manusia, sehingga Engkau menyedari dia, dan anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?

Sebuah Pertanyaan Tentang Keberadaan

Mazmur 144:3 diawali dengan sebuah pertanyaan yang mendalam dan universal: "TUHAN, apakah gerangan manusia, sehingga Engkau menyedari dia, dan anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" Pertanyaan ini lahir dari kesadaran akan kontras yang mencolok antara kebesaran dan kekekalan Tuhan dengan keberadaan manusia yang fana dan terbatas. Daud, sebagai penulis mazmur ini, merenungkan betapa kecilnya manusia di hadapan Sang Pencipta alam semesta.

Ketika kita berdiri di bawah langit malam yang bertabur bintang, atau menyaksikan kekuatan alam yang dahsyat, kita seringkali merasa tak berarti. Perasaan ini diperkuat oleh kesadaran akan keterbatasan hidup kita, penyakit, kesulitan, dan akhirnya kematian. Dalam ketidakpastian inilah, pertanyaan "mengapa Tuhan memperhatikan kita?" muncul. Mengapa Sang Maha Kuasa, yang menciptakan galaksi dan mengatur segala sesuatu, tertarik pada kehidupan kita yang singkat dan rapuh?

Implikasi Kehadiran Ilahi

Namun, keindahan dari pertanyaan ini bukan terletak pada pencarian jawaban logis semata, melainkan pada pengakuan akan adanya sebuah hubungan yang tak terduga. Mazmur ini tidak berhenti pada kebingungan, melainkan mengarah pada pengakuan akan anugerah dan perhatian ilahi. Meskipun manusia kecil, Tuhan memilih untuk peduli, untuk menyadari, dan untuk mengindahkan. Ini adalah inti dari kasih karunia. Tuhan tidak melihat kita dari perspektif kebesaran atau kekuatan kita, melainkan dari nilai inheren yang telah Dia tanamkan dalam diri setiap ciptaan-Nya.

Kesadaran bahwa kita diperhatikan oleh Tuhan memberikan makna yang luar biasa pada keberadaan kita. Kehidupan kita yang terbatas menjadi berharga karena ada Sang Kekal yang menatap kita. Pertanyaan retoris Daud sebenarnya adalah sebuah pengakuan bahwa perhatian Tuhan bukanlah sesuatu yang kita "pantas" dapatkan, melainkan sebuah anugerah yang diberikan secara cuma-cuma. Ini mengubah cara pandang kita terhadap diri sendiri dan dunia. Kita tidak lagi sekadar debu kosmik yang melayang tanpa arah, tetapi makhluk yang diciptakan dengan tujuan dan dicintai oleh Sang Pencipta.

Tantangan dan Harapan

Dalam dunia yang seringkali terasa sibuk dan acuh tak acuh, pengingat akan perhatian Tuhan ini sangatlah menenangkan. Ini memberikan dasar bagi harapan, keberanian untuk menghadapi tantangan, dan motivasi untuk hidup dengan penuh makna. Mengakui bahwa Tuhan "mengindahkannya" berarti Dia melihat potensi, keunikan, dan nilai dalam diri kita, terlepas dari kesalahan dan kekurangan kita. Ini adalah undangan untuk hidup sesuai dengan rancangan-Nya, dengan keyakinan bahwa kita tidak berjalan sendirian.

Renungan atas Mazmur 144:3 mengajarkan kita untuk memandang diri sendiri dan orang lain dengan mata Tuhan – mata yang melihat lebih dari sekadar penampilan luar, mata yang melihat hati dan potensi yang belum terungkap. Ini adalah sumber kekuatan dan penghiburan di tengah kerapuhan eksistensi manusia.