"Tetapi jiwa kami tidak berbalik, dan langkah kami tidak menyimpang dari jalan-Mu."
Mazmur 44:18 adalah pengakuan iman yang kuat, sebuah deklarasi kesetiaan di hadapan Allah, bahkan ketika menghadapi kesulitan yang luar biasa. Ayat ini berbicara tentang ketahanan jiwa yang tidak pernah berbalik dari jalan kebenaran, tidak pernah menyimpang dari perintah-perintah-Nya. Dalam terjemahan lain, ayat ini seringkali diartikan sebagai sebuah sumpah atau pengakuan bahwa meskipun musuh mengepung, kesulitan menerpa, atau godaan datang menggiurkan, hati dan langkah mereka tetap tertuju pada Tuhan. Ini adalah gambaran dari iman yang kokoh, yang tidak mudah goyah oleh badai kehidupan. Dalam konteks sejarah Israel, Mazmur 44 seringkali dianggap ditulis pada masa-masa pengungsian atau penjajahan, di mana umat Allah mengalami penderitaan dan kekalahan. Namun, di tengah situasi yang mengerikan itu, mereka tetap berpegang teguh pada janji dan perjanjian dengan Tuhan. Pengakuan dalam Mazmur 44:18 bukanlah sebuah kebanggaan diri yang sombong, melainkan sebuah kesadaran akan kekuatan yang berasal dari Tuhan sendiri yang memampukan mereka untuk tetap setia. Ini adalah respons iman terhadap kesetiaan Allah yang dirasakan, sekalipun pada saat itu manifestasi kesetiaan-Nya tidak terlihat jelas dalam kemenangan. Bagi kita yang hidup di zaman modern, ayat ini tetap relevan. Kehidupan seringkali menghadirkan berbagai tantangan: penyakit, masalah keuangan, perpecahan keluarga, godaan dosa, atau keraguan iman. Di saat-saat seperti inilah, pengakuan Mazmur 44:18 menjadi sebuah seruan untuk menguatkan hati. Ia mengingatkan kita bahwa kesetiaan kepada Tuhan bukanlah sebuah pilihan yang bisa berubah-ubah sesuai dengan situasi, melainkan sebuah komitmen yang mendalam yang berakar di dalam jiwa. Mengapa jiwa tidak berbalik? Karena jiwa itu terikat pada sumber kehidupan sejati, yaitu Tuhan. Ketika kita memusatkan pandangan kita pada-Nya, pada kebaikan-Nya, pada janji-janji-Nya, dan pada kasih-Nya, maka badai duniawi tidak akan mampu menggoyahkan fondasi iman kita. Langkah yang tidak menyimpang berarti kita terus berjalan di jalan yang telah Tuhan tetapkan, mengikuti ajaran-Nya, dan mengupayakan kehendak-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita. Ayat ini juga mendorong kita untuk bertanya pada diri sendiri: Seberapa kokoh iman kita? Ketika menghadapi tekanan, apakah kita cenderung mencari jalan pintas, menyalahkan orang lain, atau bahkan menyalahkan Tuhan? Atau justru kita memohon kekuatan dari-Nya untuk tetap berdiri teguh, memegang teguh prinsip-prinsip kebenaran-Nya? Mazmur 44:18 menawarkan sebuah teladan iman yang luar biasa, sebuah pengingat bahwa kesetiaan kepada Tuhan adalah sumber kekuatan dan ketahanan yang tak tertandingi, bahkan ketika dunia di sekitar kita terasa gelap dan penuh ketidakpastian. Ini adalah undangan untuk senantiasa menjaga hati agar tetap tertuju pada-Nya, dan langkah agar tetap berada di jalan kebenaran-Nya.