Ayat Mazmur 55:18 merupakan sebuah ungkapan hati yang mendalam dari pemazmur, Daud, yang sedang mengalami masa-masa sulit. Di tengah tekanan dan penderitaan, Daud menemukan sumber kekuatan dan pengharapan dalam hubungannya dengan Tuhan. Ayat ini bukan sekadar sebuah pernyataan, melainkan sebuah pengakuan iman yang kaya makna, menawarkan pelajaran berharga bagi kita yang hidup di zaman sekarang.
Kalimat "Petang dan pagi dan tengah hari aku mengaduh; aku berseru-seru, dan Ia mendengar suaraku" menggambarkan intensitas doa dan permohonan Daud. Ia tidak hanya berdoa sesekali, tetapi secara konsisten, pada setiap waktu—dari pagi hingga petang, bahkan di tengah hari. Ini menunjukkan betapa besar beban yang dipikulnya, dan betapa ia sangat bergantung pada pertolongan Tuhan. Frasa "mengaduh" dan "berseru-seru" menunjukkan kedalaman kesusahan dan keputusasaan yang ia rasakan, namun di balik itu, ada keyakinan kuat bahwa Tuhan akan mendengar.
Fokus utama dari ayat ini adalah janji bahwa Tuhan mendengar. Bagi Daud, ini adalah penegasan akan kehadiran dan kepedulian Allah dalam hidupnya, bahkan di saat-saat tergelap. Mendengar di sini bukan hanya sekadar mendengar suara fisik, tetapi juga memahami, peduli, dan akhirnya bertindak. Ini adalah sebuah jaminan bahwa doa-doa kita tidak sia-sia, bahwa Tuhan memperhatikan setiap rintihan dan seruan kita, sekecil apapun itu.
Dalam konteks kehidupan modern, kita seringkali dihadapkan pada tantangan yang sama kompleksnya dengan yang dialami Daud. Stres pekerjaan, masalah keluarga, kegelisahan akan masa depan, atau bahkan penderitaan fisik bisa membuat kita merasa kewalahan. Di saat-saat seperti itulah, Mazmur 55:18 menjadi pengingat yang sangat penting. Ia mengajak kita untuk tidak berputus asa, tetapi untuk terus mendekatkan diri kepada Tuhan melalui doa. Sama seperti Daud, kita diundang untuk membawa segala keluh kesah, kekhawatiran, dan kerinduan hati kita kepada-Nya.
Gambaran "petang dan pagi dan tengah hari" mengajarkan kita tentang ketekunan dan konsistensi dalam berdoa. Doa bukanlah sebuah ritual sesaat, melainkan sebuah gaya hidup, sebuah percakapan yang berkelanjutan dengan Sang Pencipta. Ketika kita berdoa secara teratur, kita membangun hubungan yang lebih erat dengan Tuhan, memperkuat iman kita, dan membiarkan hadirat-Nya mengisi setiap aspek kehidupan kita. Kehadiran-Nya akan memberikan kekuatan, kedamaian, dan hikmat untuk menghadapi setiap persoalan.
Inti dari Mazmur 55:18 adalah harapan dan kepastian bahwa Tuhan itu dekat. Ia bukan dewa yang jauh dan acuh tak acuh, melainkan Bapa yang penuh kasih yang senantiasa mendengarkan anak-anak-Nya. Keyakinan ini dapat menjadi jangkar bagi jiwa kita di tengah badai kehidupan, memberikan ketenangan dan kekuatan untuk terus melangkah maju dengan keyakinan bahwa pertolongan-Nya akan datang pada waktu-Nya yang tepat. Mari kita meneladani Daud dalam keberaniannya untuk berseru kepada Tuhan dan keyakinannya bahwa Ia selalu mendengar.