Seperti siput yang mencair dan hilang, seperti anak yang lahir mati, biarlah mereka tidak melihat matahari!
Ayat Mazmur 58:9 menyajikan gambaran yang kuat dan lugas mengenai nasib orang fasik. Dengan perbandingan yang mencolok terhadap siput yang mencair dan anak yang lahir mati, penulis Mazmur menyampaikan pesan tentang ketidakberdayaan dan kehancuran total yang menanti mereka yang menolak jalan kebenaran. Kehancuran ini bukan sekadar ketidakberhasilan biasa, melainkan sebuah pelenyapan yang definitif, seperti sesuatu yang tidak pernah ada atau sekadar larut tanpa bekas.
Perumpamaan siput yang mencair menggambarkan sesuatu yang perlahan namun pasti kehilangan bentuk dan substansinya. Dalam cuaca panas atau di bawah sinar matahari yang terik, siput akan mengering dan tubuhnya akan menjadi cairan yang menghilang. Ini adalah metafora yang kuat untuk menggambarkan bagaimana orang jahat, meskipun mungkin tampak kokoh atau berkuasa untuk sementara waktu, pada akhirnya akan meluruh dan lenyap tanpa sisa. Keberadaan mereka akan memudar seiring berjalannya waktu, meninggalkan jejak yang tak berarti.
Perbandingan kedua, "anak yang lahir mati," menekankan ketiadaan kehidupan dan harapan sejak awal. Kelahiran mati adalah tragedi yang menghentikan segala potensi sebelum benar-benar dimulai. Ini menyiratkan bahwa upaya orang fasik, seberapapun gigihnya, akan berakhir tanpa hasil yang berarti, tanpa buah kebaikan yang dapat dipertahankan. Seperti anak yang tidak pernah melihat cahaya matahari, demikian pula pekerjaan atau keberadaan mereka tidak akan pernah mengalami pemenuhan atau pengakuan yang positif di hadapan Tuhan.
Frasa "biarlah mereka tidak melihat matahari!" memperkuat gagasan kehancuran total. Matahari sering kali melambangkan kehidupan, kejelasan, dan berkat ilahi. Dengan tidak melihat matahari, berarti mereka akan selamanya terkurung dalam kegelapan, tanpa anugerah, dan tanpa pengakuan kebaikan. Ini adalah hukuman yang lengkap, penolakan terhadap segala sesuatu yang baik dan terang. Mazmur ini mengingatkan kita bahwa meskipun kejahatan mungkin tampak merajalela, pada akhirnya ada penghakiman ilahi yang memastikan bahwa yang fasik akan lenyap, sementara keadilan akan ditegakkan. Kehancuran mereka adalah bukti keadilan dan kekuasaan Tuhan yang tak terbantahkan.