Mazmur 60:9

"Siapakah yang akan membawa aku ke kota berkubu? Siapakah yang akan menuntun aku ke Edom?"
Kubu Pertahanan Jalan Menuju Keamanan Harapan di Tengah Ketidakpastian

Ayat Mazmur 60:9, meskipun singkat, menyimpan kedalaman makna yang luar biasa bagi setiap orang yang sedang menghadapi tantangan hidup. "Siapakah yang akan membawa aku ke kota berkubu? Siapakah yang akan menuntun aku ke Edom?" Kalimat ini bukan sekadar pertanyaan retoris, melainkan sebuah ekspresi kerinduan akan perlindungan, kepastian, dan penuntunan di tengah situasi yang genting dan tidak pasti. Kota berkubu melambangkan tempat perlindungan yang aman, benteng yang kokoh dari segala ancaman. Edom, dalam konteks sejarah, seringkali merujuk pada wilayah yang sulit dijangkau atau bahkan musuh. Permohonan ini menunjukkan pengakuan akan keterbatasan diri dan kebutuhan akan kekuatan yang lebih besar.

Dalam kehidupan modern, kita semua bisa mengidentifikasi diri dengan perasaan yang diungkapkan dalam mazmur ini. Terkadang, badai kehidupan datang tanpa peringatan, membawa gelombang kekhawatiran, ketidakpastian ekonomi, masalah kesehatan, atau hubungan yang retak. Di saat-saat seperti itulah kita merasa seperti seorang musafir yang kebingungan, mencari tempat yang aman untuk berlindung. Pertanyaan "Siapakah yang akan membawa aku?" memantulkan keinginan mendasar manusia untuk memiliki pegangan yang kuat, seseorang atau sesuatu yang dapat diandalkan ketika kita sendiri merasa lemah dan tidak berdaya.

Penulis Mazmur, dalam situasi yang mungkin penuh dengan peperangan atau kesulitan, mencari jawaban dari Sang Pencipta. Ia tidak hanya meminta perlindungan fisik, tetapi juga penuntunan spiritual. Perjalanan ke "kota berkubu" atau mencapai "Edom" (dalam arti metaforis, mengalahkan musuh atau mengatasi kesulitan) membutuhkan lebih dari sekadar kekuatan manusia. Ini memerlukan hikmat, keberanian, dan keyakinan yang hanya dapat diberikan oleh Tuhan. Penulis mengakui bahwa tanpa pertolongan Ilahi, usaha manusia akan sia-sia. Oleh karena itu, ia menyerahkan seluruh pergumulannya kepada Tuhan, meminta tangan-Nya yang kuat untuk membimbing dan melindungi.

Bagaimana kita menerapkan kebenaran Mazmur 60:9 dalam kehidupan kita? Pertama, kita diajak untuk mengakui kerapuhan diri kita. Tidak ada seorang pun yang kebal dari masalah. Mengakui bahwa kita membutuhkan pertolongan bukanlah tanda kelemahan, melainkan kebijaksanaan. Kedua, kita perlu mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan. Ia adalah kota berkubu kita yang sejati, sumber kekuatan dan perlindungan yang tidak pernah habis. Ketika kita merasa tersesat atau terancam, mari kita bertanya kepada-Nya, "Tuhan, tuntunlah aku." Ketiga, percayalah bahwa Tuhan akan menjawab. Ia adalah Allah yang setia yang berjanji untuk tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Seperti seorang ayah yang menuntun anaknya, Tuhan akan menuntun langkah-langkah kita melalui setiap musim kehidupan, membawa kita menuju tempat kedamaian dan kemenangan.

Pada akhirnya, Mazmur 60:9 mengingatkan kita bahwa dalam setiap kesulitan, selalu ada harapan. Harapan itu bukan terletak pada benteng-benteng buatan manusia, melainkan pada janji-janji Tuhan dan kuasa-Nya yang tak terbatas. Marilah kita terus memohon penuntunan-Nya, mencari perlindungan-Nya, dan mempercayai bahwa Dia akan membawa kita melewati badai menuju tepian yang aman.