Mazmur 69:15 merupakan seruan yang mendalam, lahir dari lubuk hati yang paling dalam. Di tengah badai kehidupan, penderitaan, dan tantangan yang seolah tak berujung, pemazmur menyerahkan seluruh hidupnya ke dalam tangan Tuhan. Ayat ini bukan sekadar kata-kata pasrah, melainkan sebuah pernyataan iman yang kokoh, sebuah pengakuan bahwa kekuatan dan hikmat tertinggi berada pada Sang Pencipta.
Frasa "Biarlah seperti yang Kau kehendaki, ya TUHAN, terjadilah atas hidupku" menunjukkan penyerahan diri yang total. Ini adalah pengakuan bahwa rencana Tuhan seringkali melampaui pemahaman manusia, dan bahwa dalam kehendak-Nya terkandung kebaikan yang paling hakiki, meskipun dalam prosesnya mungkin terasa sulit atau menyakitkan. Keadaan yang dihadapi pemazmur pada saat itu mungkin penuh dengan kesengsaraan, tekanan, bahkan ancaman dari berbagai penjuru. Dalam situasi seperti inilah, menyerahkan kendali kepada Tuhan menjadi satu-satunya jalan untuk menemukan kedamaian.
Selanjutnya, permintaan "janganlah kiranya tangan-Mu mengajar, tetapi biarlah tangan-Mu menolong aku" menjadi sangat krusial. Kata "mengajar" di sini dapat diartikan sebagai mendisiplin atau menghukum. Pemazmur, meski mengakui kesalahannya atau konsekuensi dari tindakannya, memohon agar tidak terus-menerus berada dalam hukuman atau disiplin yang keras dari Tuhan. Sebaliknya, ia merindukan sentuhan pertolongan dan penyertaan Tuhan. Ini adalah kerinduan untuk merasakan kasih karunia dan kemurahan Tuhan, bukan murka-Nya. Tangan Tuhan yang menolong adalah gambaran kasih, perlindungan, dan kekuatan yang akan mengangkatnya dari jurang keputusasaan.
Dalam konteks pribadi kita, ayat ini menjadi pengingat yang kuat. Ketika kita dihadapkan pada ujian, sakit penyakit, kegagalan, atau gejolak emosi, Mazmur 69:15 mengajak kita untuk tidak memberontak, tetapi justru mendekat kepada Tuhan. Ia mengajarkan kita untuk melepaskan keinginan diri yang mungkin bertentangan dengan kehendak ilahi, dan sebaliknya, merangkul rencana-Nya dengan iman. Penyerahan ini bukanlah tanda kelemahan, melainkan kekuatan terbesar yang dapat dimiliki seseorang – keyakinan bahwa Tuhan yang Maha Kuasa juga Maha Pengasih, dan tangan-Nya yang siap menolong selalu terulur bagi mereka yang berseru kepada-Nya.
Memohon pertolongan Tuhan bukan berarti lepas tangan, melainkan menyandarkan diri pada Sumber kekuatan yang sejati. Ini adalah perpaduan antara iman dan upaya, keyakinan pada kuasa ilahi sambil terus berjalan maju dengan harapan dan keberanian yang Dia berikan. Mazmur 69:15 adalah bukti abadi bahwa di dalam penyerahan diri kepada kehendak Tuhan, tersimpan janji pertolongan, pemulihan, dan kedamaian yang sejati.