Kekuatan Janji Ilahi
Ayat ini, Mazmur 89:33, bukanlah sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah fondasi keyakinan bagi umat beriman. Ayat ini berasal dari bagian Mazmur yang merenungkan perjanjian Allah dengan Daud, raja Israel. Meskipun sejarah menunjukkan pasang surut kerajaan dan bahkan kehancuran, janji Allah tetap teguh. Ini adalah penegasan yang luar biasa mengenai karakter ilahi: kesetiaan dan kasih yang tak tergoyahkan.
Dalam konteks yang lebih luas, Mazmur 89 seringkali menggambarkan penderitaan umat Allah dan keraguan yang timbul ketika keadaan terlihat berlawanan dengan janji-janji-Nya. Namun, di tengah keputusasaan dan kegagalan manusia, Allah menegaskan kembali komitmen-Nya. Frasa "kasih setia-Ku tidak akan Kutinggalkan dari padanya" (henkhasdi lo yamush - dalam bahasa Ibrani) adalah ungkapan yang kuat untuk kebaikan hati Allah yang tak pernah putus dan kasih yang bersifat perjanjian. Ini bukan sekadar perasaan, melainkan sebuah tindakan yang konsisten dan terikat.
Makna Kesetiaan Tuhan
Kesetiaan Tuhan yang ditekankan dalam Mazmur 89:33 memiliki beberapa dimensi penting. Pertama, ini menunjukkan bahwa Allah tidak mudah berpaling dari umat-Nya meskipun mereka mungkin jatuh dalam dosa atau kegagalan. Kesetiaan-Nya tidak bergantung pada kelayakan manusia, melainkan pada karakter-Nya sendiri. Kedua, janji ini memberikan kepastian. Di dunia yang penuh dengan ketidakpastian, perubahan, dan pengkhianatan, ada satu hal yang pasti: Allah setia.
Bagi Daud dan keturunannya, janji ini terwujud dalam garis keturunan kerajaan yang dijanjikan, yang pada akhirnya mencapai puncaknya dalam Yesus Kristus. Melalui Yesus, kasih setia dan kesetiaan Allah dinyatakan secara paling sempurna kepada seluruh umat manusia. Perjanjian yang baru dan kekal ini memastikan bahwa tidak ada kesalahan atau kegagalan manusia yang dapat membatalkan kasih Allah kepada mereka yang percaya.
Relevansi di Masa Kini
Mengapa Mazmur 89:33 masih begitu relevan hari ini? Karena kehidupan manusia penuh dengan tantangan. Kita menghadapi kekecewaan, kehilangan, dan momen-momen ketika janji-janji manusia terasa rapuh. Dalam situasi seperti ini, pengingat akan kesetiaan Allah menjadi jangkar bagi jiwa kita. Ayat ini mendorong kita untuk tidak putus asa ketika menghadapi kesulitan, tetapi untuk mengingat bahwa Allah yang berjanji selalu setia untuk menepati janji-Nya.
Menghadapi ketidakpastian masa depan, kita dapat berpegang pada kebenaran bahwa kasih setia Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita. Kesetiaan-Nya bukanlah sesuatu yang bersifat temporal atau bergantung pada situasi. Ini adalah atribut esensial dari diri-Nya. Oleh karena itu, di saat-saat tergelap sekalipun, kita diundang untuk bersandar pada kepastian ini, mengetahui bahwa Allah yang berkuasa dan penuh kasih selalu ada, setia pada setiap firman-Nya. Mazmur 89:33 adalah bisikan ilahi di tengah badai kehidupan, sebuah pengingat bahwa di luar segala perubahan, ada satu konstanta yang teguh: kasih setia Tuhan.