Ayat Nehemia 11:30 membawa kita kembali pada masa pemulihan bangsa Israel setelah pembuangan di Babel. Ayat ini secara spesifik menyebutkan beberapa kota dan dusun yang dihuni oleh suku Benyamin, termasuk Geba, Azmawet, dan Anatot. Pengulangan nama kota yang disertai penyebutan "segala dusunnya" menekankan pentingnya wilayah tersebut dan komunitas yang tinggal di dalamnya. Hal ini menggambarkan perencanaan dan penataan kembali masyarakat pasca-pemulihan.
Menarik untuk dicatat bahwa di Anatot, disebutkan bahwa "banyaklah imam dan orang Lewi tinggal" di sana. Ini bisa menunjukkan bahwa Anatot mungkin memiliki peran penting secara keagamaan atau spiritual. Namun, bagian akhir ayat tersebut memberikan informasi tambahan yang signifikan: "namun banyaklah warga suku Benyamin yang mendiami Gibea dengan dusunnya." Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun ada komunitas keagamaan yang kuat, pemukiman suku Benyamin di Gibea tetaplah besar dan signifikan.
Dari ayat ini, kita bisa menarik beberapa pelajaran penting untuk kehidupan masa kini. Pertama, tentang pentingnya identitas dan warisan. Suku Benyamin, melalui penyebutan kota-kota leluhur mereka, tetap mempertahankan koneksi dengan akar mereka. Dalam kehidupan modern, penting bagi kita untuk tidak melupakan identitas diri, nilai-nilai keluarga, dan warisan budaya yang membentuk kita. Ini bukan berarti menolak kemajuan, tetapi membangun di atas fondasi yang kuat.
Kedua, ayat ini menyoroti pentingnya permukiman dan komunitas. Penataan kembali kota dan dusun adalah bagian dari upaya membangun kembali kehidupan masyarakat. Bagi kita, ini bisa dimaknai sebagai pentingnya membangun hubungan yang baik dengan tetangga, berperan aktif dalam komunitas lokal, dan menciptakan lingkungan yang harmonis. Sebuah komunitas yang kuat adalah fondasi bagi kesejahteraan individu dan bersama.
Ketiga, adanya dua kelompok yang berbeda namun saling berdampingan di Anatot dan Gibea – yaitu para imam dan orang Lewi, serta warga suku Benyamin – mengingatkan kita pada keberagaman dalam satu masyarakat. Keberagaman ini, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi kekuatan. Dalam masyarakat yang majemuk, penting untuk saling menghargai perbedaan, belajar dari satu sama lain, dan bekerja sama demi tujuan bersama. Terkadang, justru perbedaan inilah yang membawa perspektif baru dan solusi inovatif.
Terakhir, penataan kembali yang dilakukan Nehemia dan para pemimpin bangsa Israel adalah wujud ketaatan dan kepercayaan pada pimpinan Tuhan. Mereka berusaha mengatur segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Bagi kita, ini adalah pengingat untuk selalu mengarahkan hidup kita kepada Tuhan, mencari hikmat-Nya dalam setiap keputusan, dan memercayakan masa depan kita pada-Nya. Kehidupan yang tertata rapi, baik secara personal maupun komunal, adalah cerminan dari kehidupan yang berjalan dalam tuntunan Ilahi.