Nehemia 3:5 - Kaum Bangsawan Tekoa

"Di dekat mereka, kaum bangsawan dari Tekoa memperbaiki tembok, tetapi kaum bangsawan mereka tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan tuannya."
Tembok Yerusalem Distrik Tekoa
Ilustrasi perbaikan tembok Yerusalem oleh berbagai golongan.

Kisah pembangunan kembali tembok Yerusalem di bawah pimpinan Nehemia merupakan salah satu narasi paling inspiratif dalam Alkitab. Ayat ini, Nehemia 3:5, memberikan kita pandangan spesifik mengenai salah satu kelompok yang terlibat dalam tugas mulia ini: kaum bangsawan dari Tekoa. Lokasi mereka disebutkan "di dekat mereka," yang mengindikasikan keterlibatan mereka dalam segmen tembok tertentu yang berdekatan dengan pekerjaan kelompok lain yang telah disebutkan sebelumnya.

Tekoalah, sebuah kota yang dikenal memiliki kontribusi penting dalam sejarah Israel, seperti yang dicatat dalam kisah Batsyeba dan pelarian Daud. Kini, para bangsawan dari kota ini hadir untuk turut serta dalam proyek restorasi. Kehadiran kaum bangsawan menandakan bahwa proyek pembangunan tembok ini tidak hanya melibatkan pekerja kasar, tetapi juga para pemimpin dan orang-orang terkemuka di masyarakat. Ini menunjukkan keseriusan dan kolaborasi lintas kelas dalam mengembalikan keamanan dan keutuhan Yerusalem.

Peran dan Tanggung Jawab Kaum Bangsawan Tekoa

Setiap kelompok dalam pasal Nehemia 3 memiliki bagian tembok yang menjadi tanggung jawab mereka. Hal ini menunjukkan adanya pembagian kerja yang terstruktur dan terorganisir. Kaum bangsawan Tekoa diberi tugas spesifik untuk memperbaiki bagian tembok di dekat mereka. Idealnya, sebagai kaum terhormat, partisipasi mereka akan menjadi teladan bagi yang lain, memotivasi dan menunjukkan komitmen yang kuat terhadap keselamatan kota suci mereka.

Namun, ayat ini juga menyoroti sebuah fakta yang menyakitkan sekaligus realistis: "tetapi kaum bangsawan mereka tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan tuannya." Pernyataan ini mengungkapkan adanya resistensi atau kelalaian di antara para bangsawan Tekoa. Meskipun diberi kehormatan dan tanggung jawab, ada di antara mereka yang tidak bersedia mengerahkan tenaga dan waktu sesuai yang diharapkan. Ini bisa jadi karena berbagai alasan, mulai dari kesibukan pribadi, rasa superioritas yang membuat mereka enggan bekerja langsung, hingga ketidakpedulian terhadap kepentingan umum.

Pelajarannya Bagi Kita

Kisah ini memberikan beberapa pelajaran berharga. Pertama, proyek pembangunan kembali Yerusalem membutuhkan partisipasi dari semua lapisan masyarakat, termasuk kaum elit. Kedua, tanggung jawab dan kehormatan seringkali berjalan beriringan. Ketika kita diberi posisi atau kemampuan lebih, kita juga diharapkan memberikan kontribusi yang lebih besar. Ketiga, dan mungkin yang paling penting, adalah peringatan bahwa tidak semua orang yang memiliki posisi terpandang akan selalu menjalankan tugasnya dengan penuh dedikasi. Ada godaan untuk mengabaikan tanggung jawab, terutama jika itu terasa sulit atau tidak sejalan dengan keinginan pribadi.

Dalam konteks spiritual, Nehemia 3:5 mengingatkan kita bahwa melayani Tuhan dan umat-Nya terkadang memerlukan pengorbanan dan usaha yang mungkin tidak selalu kita inginkan. Menjadi bagian dari "pembangunan" kerajaan Allah di dunia ini membutuhkan komitmen yang tulus, bukan sekadar label atau status. Kita dipanggil untuk berkontribusi sesuai dengan talenta dan sumber daya yang diberikan, tanpa memandang apakah tugas itu besar atau kecil, terlihat atau tersembunyi, mudah atau sulit. Sikap kaum bangsawan Tekoa yang enggan bekerja menjadi pengingat agar kita senantiasa menguji hati kita sendiri: apakah kita sungguh-sungguh terlibat dalam pekerjaan-Nya, ataukah kita hanya berada di dekatnya tanpa benar-benar berkontribusi?