"Ingatlah, bahwa engkau dahulu seorang budak di tanah Mesir, dan TUHAN, Allahmu, telah memerdekakan engkau; itulah sebabnya aku memberi perintah ini kepadamu pada hari ini."
Ayat Ulangan 15:15 merupakan pengingat yang kuat akan akar sejarah umat Israel dan fondasi dari banyak hukum serta perintah yang diberikan kepada mereka. Kutipan ini bukan sekadar narasi masa lalu, melainkan sebuah instruksi moral dan teologis yang mendalam. Inti dari ayat ini adalah tentang ingatan dan dampaknya terhadap cara kita memperlakukan sesama. Perintah untuk mengingat perbudakan di Mesir dan pembebasan yang ajaib oleh TUHAN bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk membentuk perilaku saat ini dan masa depan.
Memahami posisi sebagai bekas budak mengajarkan kerendahan hati dan empati. Ketika seseorang telah mengalami penindasan, ia cenderung lebih peka terhadap penderitaan orang lain yang berada dalam situasi serupa. Pembebasan dari Mesir adalah sebuah tindakan kasih dan keadilan ilahi. TUHAN tidak membiarkan umat-Nya terus tertindas; Ia mendengar seruan mereka dan campur tangan dengan kuasa-Nya. Peristiwa ini menjadi dasar dari perjanjian antara Allah dan bangsa Israel, serta menjadi landasan bagi cara mereka seharusnya hidup dalam kebebasan yang baru diperoleh.
Perintah yang diberikan "pada hari ini" menekankan relevansi ayat ini dalam konteks kehidupan sehari-hari umat Israel. Ini bukan hanya tentang memahami sejarah, tetapi tentang menerapkan pelajaran sejarah tersebut. Bagaimana seharusnya mereka memperlakukan orang asing, orang miskin, atau bahkan sesama warga Israel yang mungkin menghadapi kesulitan? Ingatan akan perbudakan harus mendorong mereka untuk tidak pernah menindas orang lain, terutama mereka yang lemah dan rentan. Sebaliknya, mereka dipanggil untuk menunjukkan belas kasih dan keadilan, mencerminkan kasih dan keadilan yang telah Tuhan tunjukkan kepada mereka.
Konsep "ulangan" dalam konteks ini juga menunjukkan bahwa pengajaran ini perlu diulang dan diingat terus-menerus. Kehidupan yang baru, yang dibebaskan dari perbudakan, memerlukan cara hidup yang baru pula. Perintah ini adalah pengingat konstan agar umat Israel tidak menjadi sombong atau melupakan dari mana mereka berasal dan siapa yang telah membebaskan mereka. Hal ini menggarisbawahi pentingnya rasa syukur dan pengakuan atas anugerah ilahi. Dengan mengingat pembebasan mereka, mereka diingatkan untuk hidup dalam ketaatan, kasih, dan keadilan, sehingga kebebasan yang mereka nikmati dapat menjadi berkat bagi orang lain.
Dalam pengertian yang lebih luas, ayat ini juga berbicara tentang prinsip universal. Siapa pun yang telah mengalami transformasi, dibebaskan dari kegelapan menuju terang, dari penindasan menuju kebebasan, atau dari keputusasaan menuju harapan, memiliki tanggung jawab untuk meneruskan kasih dan kebaikan tersebut. Pengalaman pribadi kita, baik positif maupun negatif, seharusnya membentuk karakter kita dan memotivasi kita untuk bertindak dengan empati dan keadilan terhadap orang lain. Ulangan 15:15 mengajak kita untuk merenungkan pengalaman hidup kita sendiri dan bagaimana pengalaman tersebut dapat mendorong kita untuk menjadi agen pembebasan dan kasih di dunia ini, mencerminkan kebaikan Sang Pemberi Kebebasan.