"Apabila engkau memelihara segala perintah ini untuk melakukannya, yakni kasihilah TUHAN, Allahmu, dan hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah-perintah-Nya, bertanggungan pada-Nya dan berbakti kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu..."
Ayat Ulangan 19:9 ini merupakan bagian dari nats yang lebih luas, yang berbicara tentang anugerah dan tanggung jawab umat Allah. Ayat ini secara spesifik menekankan tiga pilar utama dalam hubungan seorang individu dengan Tuhan: kasih, ketaatan, dan pengabdian. Perintah ini bukan sekadar daftar tugas atau kewajiban yang harus dipenuhi, melainkan sebuah fondasi bagi kehidupan yang bermakna dan diberkati. Keindahan ayat ini terletak pada penekanannya yang mendalam pada aspek relasional; Allah tidak hanya menuntut ketaatan, tetapi mengundang umat-Nya untuk mengasihi dan bersekutu dengan-Nya.
Kasih kepada Tuhan, seperti yang ditekankan di awal ayat, adalah prinsip utama. Kasih ini bukanlah emosi semata, melainkan tindakan yang terwujud dalam seluruh aspek kehidupan. Mengasihi Tuhan berarti menempatkan Dia sebagai prioritas tertinggi, menghargai setiap firman-Nya, dan merasakan kebahagiaan dalam kebersamaan dengan-Nya. Ini adalah kasih yang berbalas, sebab Tuhan sendiri adalah sumber kasih dan kebaikan. Ketika hati dipenuhi kasih kepada Tuhan, ketaatan akan mengalir secara alami.
Selanjutnya, ayat ini menyoroti pentingnya hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya. Ini berarti mengenali dan mengikuti tuntunan Tuhan dalam setiap keputusan, langkah, dan pemikiran. Jalan Tuhan adalah jalan kebenaran, keadilan, dan kebaikan. Mengikuti jalan-Nya adalah bentuk pengakuan atas hikmat-Nya yang tak terbatas dan kesetiaan kita kepada-Nya. Perintah-perintah-Nya, yang merupakan ekspresi kehendak-Nya, menjadi kompas moral dan spiritual kita. Memegang teguh perintah-perintah ini menunjukkan komitmen kita untuk hidup sesuai dengan standar kesucian-Nya.
Aspek terakhir yang ditekankan adalah berbakti kepada-Nya dengan segenap hati dan segenap jiwa. Pengabdian ini menyiratkan penyerahan diri total, tanpa syarat. Hati yang tulus dan jiwa yang sepenuhnya terikat pada Tuhan adalah ekspresi ibadah yang paling murni. Ini bukan hanya tentang ibadah formal di tempat ibadah, tetapi tentang mengarahkan seluruh keberadaan kita – pikiran, perasaan, keinginan, dan kekuatan – untuk melayani dan memuliakan Dia. Dalam konteks modern, hal ini dapat diartikan sebagai mendedikasikan talenta, waktu, dan sumber daya kita untuk pekerjaan Tuhan dan untuk sesama.
Penerapan ayat Ulangan 19:9 di masa kini sangat relevan. Di tengah hiruk pikuk dunia yang penuh dengan godaan dan distraksi, pengingat akan kasih, ketaatan, dan pengabdian kepada Tuhan menjadi jangkar yang kokoh. Memelihara perintah ini bukan beban, melainkan sebuah undangan untuk mengalami kehidupan yang utuh dan berkelimpahan dalam hadirat-Nya. Ini adalah panggilan untuk sebuah hubungan yang mendalam, sebuah komitmen yang teguh, dan sebuah dedikasi yang tak tergoyahkan. Dengan memegang teguh ajaran ini, kita dapat menavigasi tantangan hidup dengan iman yang kuat dan hati yang penuh sukacita, terus bertumbuh dalam pengenalan akan kasih dan keadilan Allah yang tak berkesudahan.