"Orang benar akan tumbuh subur seperti pohon kurma, berkembang seperti pohon aras di Libanon."
Ayat dari Ulangan 2:17 ini, meskipun seringkali diinterpretasikan dalam konteks spiritual dan ketahanan iman, sejatinya merujuk pada situasi historis bangsa Israel. Pada masa itu, mereka sedang mengembara di padang gurun, sebuah periode penuh tantangan, ketidakpastian, dan kesulitan. Namun, dalam narasi tersebut, terselip sebuah janji dan gambaran tentang pertumbuhan yang tak terduga, sebuah ilustrasi ketahanan yang luar biasa di tengah keadaan yang paling tidak menguntungkan. Penggunaan metafora pohon kurma dan pohon aras memberikan gambaran yang kuat tentang kekuatan, pertumbuhan yang stabil, dan daya tahan yang luar biasa.
Pohon kurma dikenal sebagai pohon yang sangat produktif dan mampu bertahan dalam kondisi tanah yang kering dan panas ekstrem. Ia terus menghasilkan buah meskipun menghadapi kondisi alam yang sulit. Kemampuannya untuk menancapkan akarnya jauh ke dalam tanah untuk mencari sumber air menjadikannya simbol ketangguhan dan keberlangsungan hidup. Di sisi lain, pohon aras Libanon adalah simbol kekuatan, kemuliaan, dan umur panjang. Kayunya yang kokoh dan tahan lama, serta ukurannya yang megah, menjadikannya sebagai pohon yang dihormati dan seringkali dikaitkan dengan kekayaan serta stabilitas.
Perbandingan ini memberikan pesan yang mendalam. Ketika kita menghadapi masa-masa sulit, seperti pengembaraan bangsa Israel, kita diingatkan bahwa pertumbuhan dan keberhasilan bukanlah hal yang mustahil. Bahkan, di tengah kesulitanlah, kita dapat menemukan kekuatan untuk berakar lebih dalam, bertahan lebih lama, dan akhirnya tumbuh subur. Ayat ini bukan hanya tentang bertahan hidup, tetapi juga tentang berkembang dan mencapai kematangan di tengah badai kehidupan.
Dalam dunia yang serba cepat dan seringkali penuh tekanan ini, kita semua pasti pernah atau akan mengalami masa-masa sulit. Entah itu tantangan dalam karir, masalah pribadi, atau situasi global yang tidak pasti, kita sering merasa seperti sedang mengembara di padang gurun. Namun, ayat ini menawarkan sebuah perspektif yang berbeda. Alih-alih melihat kesulitan sebagai akhir dari segalanya, kita dapat memandangnya sebagai kesempatan untuk memperkuat fondasi kita.
Seperti pohon kurma yang mencari air di kedalaman tanah, kita didorong untuk mencari sumber kekuatan spiritual, emosional, dan mental kita. Ini bisa berarti memperdalam hubungan dengan Tuhan, mencari dukungan dari orang-orang terkasih, mengembangkan keterampilan baru, atau mempraktikkan ketahanan mental. Pertumbuhan seperti pohon aras menyiratkan perkembangan yang kokoh dan berkelanjutan. Ini adalah tentang membangun karakter yang kuat, integritas, dan memberikan kontribusi yang berarti bagi lingkungan sekitar kita, meskipun kita sendiri mungkin sedang menghadapi tantangan.
Jadi, ketika kita menghadapi ulangan atau ujian dalam hidup, ingatlah bahwa kita memiliki potensi untuk tumbuh subur dan berkembang, bahkan di tengah kondisi yang paling menantang sekalipun. Dengan harapan dan ketekunan, kita dapat menjadi seperti pohon kurma dan aras, berdiri tegak, memberikan keteduhan, dan terus menghasilkan buah kehidupan.