Ulangan 24:9 - Ketaatan dan Peringatan

"Ingatlah apa yang dilakukan TUHAN, Allahmu, terhadap Miryam dalam perjalanan, setelah kamu keluar dari Mesir."

Konteks dan Makna Penting

Ayat Ulangan 24:9 mengingatkan bangsa Israel tentang sebuah peristiwa penting yang terjadi dalam perjalanan mereka keluar dari Mesir. Peristiwa ini berkaitan dengan Miryam, saudara perempuan Musa dan Harun, yang dihukum karena berbicara buruk tentang Musa. Ayat ini berfungsi sebagai peringatan keras dari Tuhan agar umat-Nya senantiasa menjaga lidah mereka dan tidak menyebarkan fitnah atau mengkritik pemimpin yang telah Tuhan tetapkan.

Secara spesifik, kisah Miryam dapat ditemukan dalam Kitab Bilangan pasal 12. Di sana, Miryam dan Harun bersama-sama mengeluhkan Musa karena ia telah memperistri perempuan Kush. Mereka mempertanyakan kewenangan Musa, seolah-olah Tuhan hanya berbicara melalui mereka berdua saja. Tindakan ini dianggap sebagai pemberontakan dan kesombongan rohani. Sebagai respons, Tuhan turun dalam tiang awan dan memanggil Musa, Harun, dan Miryam. Tuhan menegaskan otoritas-Nya dalam berbicara kepada para nabi, termasuk Musa, secara langsung. Akibat perbuatannya, Miryam ditulahi kusta dan menjadi putih seperti salju, membutuhkan waktu tujuh hari untuk disucikan kembali.

Pelajaran untuk Kehidupan Kontemporer

Meskipun ayat ini merujuk pada peristiwa spesifik di masa lalu, pelajarannya tetap sangat relevan bagi umat Kristiani saat ini. Peringatan ini menekankan pentingnya menjaga perkataan kita, menghindari gosip, fitnah, dan kritik yang tidak membangun terhadap sesama, terlebih lagi terhadap mereka yang dipercayakan Tuhan untuk memimpin jemaat atau dalam lingkaran sosial kita. Dalam era digital ini, di mana informasi menyebar begitu cepat, tanggung jawab kita untuk menggunakan perkataan dengan bijak menjadi semakin besar.

Ulangan 24:9 mengajarkan tentang penghormatan terhadap otoritas ilahi yang Tuhan berikan. Musa adalah pemimpin pilihan Tuhan bagi Israel pada masa itu, dan sikap Miryam serta Harun menunjukkan ketidakpercayaan pada pilihan Tuhan tersebut. Bagi kita, ini berarti kita perlu belajar untuk menghormati para pemimpin gereja, orang tua, dan pihak berwenang lainnya yang telah Tuhan tempatkan dalam hidup kita. Tentu saja, hal ini bukan berarti kita tidak boleh menyatakan kebenaran atau memberikan masukan yang konstruktif, tetapi cara penyampaiannya harus didasari kasih dan hikmat.

Kisah Miryam juga menyoroti konsekuensi dari ketidaktaatan dan pemberontakan. Kusta yang menimpa Miryam adalah tanda yang jelas dari ketidaksetujuan Tuhan. Ini menjadi pengingat bahwa perkataan kita memiliki kekuatan yang luar biasa, baik untuk membangun maupun untuk menghancurkan. Kita dipanggil untuk menjadi saluran berkat, bukan saluran kehancuran melalui lidah kita.

Ikon Peringatan dan Perlindungan

Lebih jauh, ayat ini mengingatkan kita untuk merenungkan perbuatan Tuhan. "Ingatlah apa yang dilakukan TUHAN, Allahmu..." ajakan ini mendorong kita untuk tidak melupakan pelajaran-pelajaran rohani dari masa lalu. Sejarah keselamatan penuh dengan contoh-contoh nyata tentang kebaikan dan keadilan Tuhan, serta hukuman-Nya bagi mereka yang melanggar. Dengan mengingat peristiwa seperti kisah Miryam, kita dapat terus bertumbuh dalam iman, takut akan Tuhan, dan berusaha hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Terakhir, Ulangan 24:9 adalah panggilan untuk kerendahan hati. Miryam, meskipun seorang nabi, bertindak dengan kesombongan. Kerendahan hati adalah kunci untuk menerima dan tunduk pada pimpinan Tuhan. Ketika kita bersikap rendah hati, kita lebih terbuka untuk belajar, lebih mau mengakui kesalahan, dan lebih siap untuk memuliakan Tuhan dalam setiap perkataan dan perbuatan kita.