Ulangan 28:67 - Menghadapi Ketakutan dengan Iman

"Pada waktu pagi hari engkau akan berkata: Sekiranya sekiranya sudah malam! Dan pada waktu malam engkau akan berkata: Sekiranya sekiranya sudah pagi, karena keletihanmu dan karena apa yang akan kulihat dengan matamu."

Ayat Ulangan 28:67 menggambarkan sebuah kondisi ketakutan dan kecemasan yang luar biasa. Ayat ini merupakan bagian dari kutukan yang akan menimpa bangsa Israel jika mereka tidak taat kepada Tuhan. Namun, makna ayat ini bisa diperluas untuk memahami bagaimana rasa takut dan kecemasan dapat menguasai hidup seseorang, membuat setiap detik terasa berat dan waktu berjalan begitu lambat. Frasa "Sekiranya sekiranya sudah malam!" dan "Sekiranya sekiranya sudah pagi!" mencerminkan keinginan kuat untuk lari dari situasi yang menakutkan, sebuah harapan agar penderitaan segera berakhir, namun kenyataan terus menerus menghadirkan kesulitan.

Gambaran dalam ayat ini begitu kuat: rasa takut yang begitu mencekam sehingga siang terasa ingin segera berganti malam, dan malam pun terasa ingin segera berlalu menjadi pagi. Ini bukan hanya tentang ketidaknyamanan biasa, tetapi tentang keputusasaan mendalam, ketakutan akan ancaman yang nyata dan terus-menerus. Keletihan yang disebutkan bukan hanya fisik, tetapi juga kelelahan mental dan spiritual akibat beban ketakutan yang tak kunjung reda. Apa yang akan dilihat dengan mata menjadi sumber kekhawatiran utama, menunjukkan bahwa visualisasi atau bayangan akan kejadian buruk turut memperburuk keadaan.

Ilustrasi Peringatan dan Harapan

Dalam kehidupan modern, kita mungkin tidak menghadapi ancaman fisik seperti yang digambarkan dalam konteks sejarah Israel. Namun, rasa takut, kecemasan, dan keputusasaan adalah pengalaman universal. Stres pekerjaan, kekhawatiran finansial, masalah hubungan, atau bahkan pandemi global dapat menimbulkan perasaan "sekiranya sekiranya sudah pagi" atau "sekiranya sekiranya sudah malam". Kita bisa saja terjebak dalam lingkaran pikiran negatif, meratapi masa lalu atau mencemaskan masa depan yang belum pasti. Keletihan mental menjadi kawan akrab, dan bayangan masalah yang terus berputar di kepala membuat sulit untuk menemukan kedamaian.

Menariknya, ayat ini juga memberikan petunjuk tentang penawar dari kondisi semacam itu, meskipun tidak secara eksplisit. Konteks yang lebih luas dari Ulangan 28 mengarah pada pentingnya ketaatan, hubungan dengan Tuhan, dan penebusan. Ketika kita merasa terbebani oleh ketakutan, mengalihkan pandangan dari sumber ketakutan kepada sumber kekuatan dan harapan adalah langkah krusial. Bagi mereka yang beriman, ini berarti mencari kedekatan dengan Tuhan, mengandalkan janji-janji-Nya, dan mengingatkan diri akan kasih dan pemeliharaan-Nya.

Mengatasi perasaan "sekiranya sekiranya" memerlukan perubahan perspektif. Ini bukan tentang mengabaikan kesulitan, tetapi tentang memilih untuk tidak membiarkan kesulitan menguasai. Ini tentang membangun ketahanan, baik secara mental maupun spiritual. Melatih pikiran untuk fokus pada hal-hal yang baik, bersyukur atas apa yang dimiliki, dan percaya bahwa setiap hari, baik pagi maupun malam, adalah kesempatan baru yang diberikan. Dengan demikian, kita dapat mengubah siklus ketakutan menjadi siklus keberanian dan pengharapan, menemukan kedamaian di tengah badai kehidupan.