Ulangan 29:6

"Kamu tidak makan roti dan tidak minum anggur atau minuman memabukkan, supaya kamu tahu bahwa Akulah, TUHAN, Allahmu."

TUHAN

Ilustrasi cahaya ilahi menerangi jalan sebagai simbol pengetahuan dari Tuhan.

Ulangan 29:6 menyajikan sebuah narasi yang dalam dan bermakna mengenai pengalaman umat Israel di padang gurun. Ayat ini mengingatkan kita pada pengalaman unik yang diberikan Tuhan kepada bangsa pilihan-Nya. Selama empat puluh tahun pengembaraan di padang gurun yang tandus, Tuhan sengaja membatasi pasokan makanan dan minuman mereka. Mereka tidak makan roti yang dibuat dari biji-bijian hasil panen, tidak pula minum anggur segar atau minuman lain yang memabukkan yang lazimnya berasal dari hasil pertanian.

Tujuan di balik pembatasan ini sangatlah fundamental: "supaya kamu tahu bahwa Akulah, TUHAN, Allahmu." Pengalaman hidup yang serba terbatas ini, yang mungkin terlihat sebagai kekurangan, sebenarnya adalah sebuah metode pengajaran ilahi yang luar biasa. Tanpa sumber daya yang biasa mereka andalkan dari hasil kerja keras atau dari hasil tanah yang subur, bangsa Israel dipaksa untuk sepenuhnya bergantung pada pemeliharaan Tuhan setiap hari. Setiap roti yang mereka makan, setiap tetes air yang mereka minum, adalah anugerah langsung dari Tuhan melalui manna di pagi hari dan air yang mengalir dari batu.

Dalam kehidupan modern, kita sering kali terbiasa dengan kemudahan akses terhadap berbagai kebutuhan. Pasokan makanan yang melimpah, minuman yang beragam, dan kenyamanan yang tak terhitung jumlahnya membuat kita rentan untuk melupakan sumber kebaikan yang sesungguhnya. Kita mungkin mulai menganggap semua itu sebagai hasil usaha sendiri semata, atau bahkan sebagai sesuatu yang datang begitu saja tanpa disadari jejak kebaikan yang lebih besar di baliknya. Ayat Ulangan 29:6 berfungsi sebagai pengingat yang tajam untuk merenungkan kembali ketergantungan kita kepada Tuhan.

Ketika kita dihadapkan pada situasi di mana sumber daya yang biasa kita anggap stabil menjadi terbatas, atau ketika kita diminta untuk melepaskan kenyamanan demi tujuan yang lebih luhur, kita sedang diajak untuk mengalami prinsip yang sama seperti yang dialami bangsa Israel. Ini adalah kesempatan untuk memperdalam pemahaman kita tentang sifat Tuhan: Dia adalah penyedia, pelindung, dan sumber segala sesuatu yang baik. Pengalaman kekurangan yang diarahkan oleh Tuhan, bukannya untuk menghukum, melainkan untuk meneguhkan identitas-Nya sebagai Allah yang setia dan pemelihara umat-Nya.

Pesan Ulangan 29:6 relevan bukan hanya bagi sejarah bangsa Israel, tetapi juga bagi setiap individu yang mencari kebenaran ilahi. Dalam kesederhanaan ketiadaan yang diatur oleh Tuhan, tersimpan kedalaman pengenalan diri yang mendalam. Dengan menanggalkan ketergantungan pada hal-hal duniawi yang sementara, kita dapat lebih jelas melihat dan menghargai pemeliharaan Tuhan yang kekal. Ini adalah undangan untuk menjalani hidup dalam kesadaran yang konstan akan hadirat-Nya, mengakui bahwa setiap aspek kehidupan kita, baik yang berlimpah maupun yang terbatas, adalah bukti dari kuasa dan kasih-Nya sebagai TUHAN, Allah kita.