"Di manakah dewata-dewata mereka, gunung batu tempat mereka berlindung? Yang memakan korban dari lemak mereka, yang minum persembahan dari anggur mereka? Biarlah mereka bangkit menolong kamu, biarlah mereka menjadi tempat perteduhanmu!"
Simbol keteguhan dan perlindungan Allah.
Ayat Ulangan 32:38 merupakan bagian dari nyanyian Musa yang penuh hikmat dan peringatan bagi bangsa Israel sebelum mereka memasuki Tanah Perjanjian. Dalam ayat ini, Musa secara retoris mempertanyakan efektivitas ilah-ilah berhala yang disembah oleh bangsa-bangsa lain di sekitarnya. Ia menantang mereka untuk melihat apakah dewa-dewa batu atau gunung yang mereka banggakan dapat memberikan pertolongan, perlindungan, atau menerima persembahan mereka di saat-saat genting.
Penekanan pada "gunung batu tempat mereka berlindung" menunjukkan betapa rapuhnya dan tidak berdayanya ilah-ilah buatan manusia. Batu dan gunung tidak memiliki kehidupan, tidak dapat mendengar, tidak dapat berbicara, apalagi bertindak. Ini sangat kontras dengan Allah yang benar, yang mendengarkan doa umat-Nya, yang melindungi mereka, dan yang memenuhi janji-janji-Nya. Musa menggunakan pertanyaan retoris ini untuk menegaskan keunggulan dan kesetiaan Allah Israel atas semua ilah palsu.
Di bawah pemerintahan Allah yang agung, bangsa Israel dijamin akan perlindungan dan pertolongan. Berbeda dengan ilah-ilah berhala yang hanya bersemayam dalam kesunyian dan ketidakberdayaan, Allah Israel adalah sumber kehidupan dan kekuatan. Ia adalah tempat perlindungan yang sejati, bukan sekadar tempat berlindung fisik seperti gunung batu, melainkan perlindungan spiritual dan eksistensial.
Ayat ini mengajarkan sebuah kebenaran fundamental: kesetiaan Allah tidak dapat dibandingkan dengan apa pun. Ketika umat-Nya berseru kepada-Nya, Ia mendengar dan bertindak. Persembahan yang dipersembahkan kepada-Nya, seperti korban dan anggur, bukan hanya ritual, tetapi merupakan ungkapan iman dan penyerahan diri kepada-Nya. Berbeda dengan ritual pada ilah-ilah berhala yang sia-sia, persembahan kepada Allah yang benar memiliki makna mendalam karena dilakukan kepada Pribadi yang hidup dan peduli.
Meskipun ayat ini berbicara tentang konteks masa lalu, pesannya tetap relevan hingga kini. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh dengan berbagai pilihan, manusia sering kali mencari perlindungan dan kepuasan dalam hal-hal yang bersifat sementara dan fana. Mulai dari kekayaan materi, kekuasaan, hingga kepercayaan pada diri sendiri yang berlebihan, semua ini bisa menjadi semacam "gunung batu" yang kita andalkan. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh Musa, semua itu tidak akan pernah mampu memberikan perlindungan dan kepuasan sejati.
Ulangan 32:38 mengingatkan kita untuk kembali kepada Allah sebagai sumber perlindungan kita yang utama. Kesetiaan-Nya kepada umat-Nya adalah janji yang tak tergoyahkan. Dengan mengandalkan-Nya, kita menemukan kekuatan, kedamaian, dan kepastian yang tidak dapat diberikan oleh dunia ini. Kepercayaan kita bukan pada batu atau gunung, melainkan pada Sang Pencipta langit dan bumi, yang selalu hadir dan siap menolong kita dalam segala situasi. Marilah kita menjadikan Allah sebagai tempat perlindungan kita yang sesungguhnya, agar kita dapat menjalani hidup dengan iman yang kokoh dan penuh sukacita.