Ulangan 32:50 - Kesaksian Terakhir Musa

"Baiklah engkau naik ke puncak gunung Abarim, ke gunung Nebo, yang di tanah Moab, di perbatasan seberang Yerikho, dan pandanglah tanah Kanaan, yang Kuberikan kepada bani Israel menjadi milik pusaka. Engkau akan mati di gunung yang akan kaunaiki itu, dan engkau akan dikumpulkan kepada kaum leluhurmu, sama seperti Harun, saudaramu, mati di gunung Hor dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya. Sebab kamu berdua menjadi tidak setia kepada-Ku di tengah-tengah bani Israel, di mata air Meriba, dekat Kadesh, di padang gurun Zin, karena kamu tidak memuliakan Aku dengan menjaga kekudusan-Ku di tengah-tengah bani Israel."

Ayat Ulangan 32:50 merupakan momen yang sangat emosional dan signifikan dalam narasi Alkitab. Ayat ini berisi perintah terakhir Tuhan kepada Musa, nabi-Nya yang setia, untuk naik ke Gunung Nebo. Perintah ini bukanlah sebuah panggilan untuk kepemimpinan atau perjuangan lebih lanjut, melainkan persiapan untuk perpisahan terakhirnya dengan umat yang telah ia pimpin selama empat dekade di padang gurun.

Perintah ini disampaikan dengan jelas: "Baiklah engkau naik ke puncak gunung Abarim, ke gunung Nebo, yang di tanah Moab, di perbatasan seberang Yerikho". Musa diperintahkan untuk melihat tanah Kanaan, tanah perjanjian yang telah dijanjikan Tuhan kepada Abraham dan keturunannya. Ini adalah tanah yang melimpah susu dan madu, tempat di mana umat Israel akan mendirikan bangsa dan kerajaan mereka. Namun, ironisnya, Musa sendiri tidak akan pernah menginjakkan kaki di tanah yang telah ia perjuangkan dan inginkan begitu lama.

Alasan ketidakmungkinan Musa masuk ke tanah Kanaan dijelaskan dengan gamblang: "Sebab kamu berdua menjadi tidak setia kepada-Ku di tengah-tengah bani Israel, di mata air Meriba, dekat Kadesh, di padang gurun Zin, karena kamu tidak memuliakan Aku dengan menjaga kekudusan-Ku di tengah-tengah bani Israel." Peristiwa yang dimaksud adalah ketika Musa, dalam kemarahannya atas ketidakpercayaan bangsa Israel, memukul batu dua kali alih-alih berbicara kepadanya seperti yang diperintahkan Tuhan. Tindakan ini, meski menghasilkan air bagi umat, menunjukkan kurangnya ketaatan dan kemuliaan bagi Tuhan di mata umat-Nya. Bersama Harun, saudaranya, mereka berdua dihukum untuk tidak masuk ke Tanah Perjanjian.

Meskipun ada hukuman tersebut, Musa tetaplah seorang hamba Tuhan yang luar biasa. Ulangan 32:50 bukan hanya tentang akhir hidupnya, tetapi juga tentang penggenapan rencana Tuhan. Musa diizinkan untuk melihat dari kejauhan tanah yang diberkati itu, sebuah penghiburan dan pengingat akan kesetiaan Tuhan dalam memenuhi janji-Nya, bahkan jika pemimpin mereka tidak dapat menyaksikannya secara langsung di dalam tanah itu.

Pemandangan Tanah Perjanjian

Simbol visual pemandangan indah dari puncak gunung.

Kematian Musa di Gunung Nebo adalah sebuah peristiwa yang membangkitkan refleksi mendalam. Ia tidak hanya "dikumpulkan kepada kaum leluhurnya" sebagai akhir kehidupan fisiknya, tetapi juga sebagai penutup babak penting dalam sejarah keselamatan. Perintah untuk melihat tanah Kanaan dari jauh menyoroti pentingnya kehendak Tuhan dan konsekuensi dari ketaatan serta ketidaktaatan. Kita melihat dalam ulangan 32 50 sebuah gambaran tentang kepemimpinan yang besar, pengampunan ilahi, dan kesetiaan Tuhan yang tak tergoyahkan pada janji-Nya, meskipun ada kekurangan manusia.

Bagi umat Israel, ini adalah sebuah transisi. Musa, yang menjadi perantara mereka dengan Tuhan selama bertahun-tahun, kini harus pergi. Namun, Tuhan telah mempersiapkan penggantinya, yaitu Yosua, untuk memimpin mereka masuk ke dalam tanah yang dijanjikan. Pengalaman Musa menjadi pelajaran abadi tentang pentingnya mendengarkan firman Tuhan dengan seksama dan memelihara kekudusan-Nya di hadapan semua orang.