"Sebab pada waktu Ia berbicara dari tengah-tengah api, kamu mendengar suara firman, tetapi tidak melihat sesuatu wujud, hanya suara."
Simbolisasi suara yang muncul dari sesuatu yang tak terlihat.
Ayat Ulangan 5:23 merupakan momen krusial dalam sejarah umat Israel. Ayat ini menggambarkan bagaimana Tuhan berfirman kepada mereka dari Gunung Horeb. Peristiwa ini terjadi setelah mereka keluar dari perbudakan Mesir dan sedang dalam perjalanan menuju Tanah Perjanjian. Tuhan memilih untuk menampakkan diri-Nya dengan cara yang dramatis dan penuh kuasa. Api yang berkobar dari gunung, awan gelap, dan suara yang menggelegar menjadi tanda kehadiran-Nya yang luar biasa.
Namun, menariknya, firman Tuhan dalam ayat ini menekankan sesuatu yang unik: umat Israel mendengar suara firman-Nya, tetapi tidak melihat wujud-Nya. Ini adalah manifestasi ilahi yang mengedepankan aspek pendengaran dan pemahaman rohani daripada penglihatan fisik. Tuhan sengaja membatasi penglihatan mereka untuk menekankan bahwa kehadiran-Nya melampaui bentuk fisik yang dapat dilihat oleh mata manusia. Ini mengajarkan kita bahwa iman sejati seringkali berpusat pada kepercayaan kepada apa yang tidak dapat dilihat, namun dapat didengar dan dirasakan melalui firman dan pekerjaan-Nya.
Kejadian ini juga menunjukkan pentingnya ketaatan dan persiapan hati. Para pemimpin Israel, dalam hal ini Musa, menjadi perantara antara Tuhan dan umat-Nya. Mereka meminta agar Tuhan tidak berbicara langsung kepada mereka lagi karena mereka takut mati mendengar suara-Nya yang begitu dahsyat. Permintaan ini kemudian diakomodasi oleh Tuhan, yang menunjuk Musa sebagai juru bicara-Nya. Hal ini menggarisbawahi bahwa komunikasi ilahi, meskipun penuh kuasa, juga membutuhkan wadah dan cara yang dapat diterima oleh manusia.
Dalam konteks kehidupan modern, Ulangan 5:23 mengajarkan kita untuk tetap peka terhadap suara Tuhan yang seringkali berbicara melalui hati nurani, firman-Nya yang tertulis, serta bimbingan Roh Kudus. Meskipun kita tidak melihat wujud fisik-Nya, namun kita dapat mendengar dan mengerti kehendak-Nya melalui berbagai cara. Ayat ini mengajak kita untuk tidak hanya berfokus pada hal-hal yang kasat mata, tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan mendengar firman-Nya dan meresponsnya dengan iman dan ketaatan. Kebersihan hati, kerendahan diri, dan kemauan untuk mendengarkan adalah kunci untuk menangkap pesan ilahi yang selalu hadir di sekitar kita, meskipun seringkali hadir dalam bentuk yang subtil namun penuh makna. Pengalaman di Gunung Horeb ini menjadi pengingat abadi akan kuasa, kedaulatan, dan kasih Tuhan yang berbicara kepada umat-Nya.