Wahyu 6 & 7: Kilau Kedatangan dan Jemaat yang Selamat

"Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, terjadilah gempa bumi yang dahsyat; dan matahari menjadi hitam seperti karung rambut, dan bulan menjadi merah seperti darah." (Wahyu 6:12)

Kitab Wahyu, khususnya pasal 6 dan 7, menawarkan pandangan yang mendalam tentang peristiwa-peristiwa terakhir dan kepastian keselamatan bagi umat Tuhan. Pasal 6 membawa kita pada pembukaan enam meterai pertama dari gulungan yang disegel oleh Anak Domba. Setiap meterai menandai dimulainya sebuah era atau peristiwa penting, seringkali digambarkan dengan kiasan yang kuat dan simbolis. Dari penunggang kuda putih yang melambangkan penaklukan atau penyebaran Injil, hingga penunggang kuda merah yang melambangkan peperangan, kuda hitam yang mewakili kelaparan, dan kuda pucat yang melambangkan maut serta dunia orang mati, kita melihat gambaran konflik, penderitaan, dan ketidakpastian yang akan melanda bumi.

Saat meterai kelima dibuka, terlihat jiwa-jiwa martir yang berseru meminta keadilan, mengingatkan kita pada pengorbanan besar yang telah dilakukan demi iman. Puncak dramatis di pasal 6 terjadi pada pembukaan meterai keenam, di mana alam semesta sendiri bereaksi terhadap tindakan ilahi. Gempa bumi dahsyat, matahari yang menjadi gelap, dan bulan yang berubah menjadi darah adalah gambaran apokaliptik yang menunjukkan betapa besarnya kekuatan dan keagungan Tuhan yang sedang bertindak. Peristiwa ini bukanlah akhir segalanya, melainkan tanda-tanda yang mengarahkan pada kedatangan Kristus yang kedua kali.

Jemaat yang Terlindungi di Tengah Badai

Namun, di tengah gambaran yang menakutkan dan penghakiman, pasal 7 menyajikan oasis harapan dan kepastian. Setelah keenam meterai itu dibuka, malaikat-malaikat ditahan untuk tidak mencelakakan bumi sampai umat Allah dimeteraikan di dahi mereka. Pemeteraian ini adalah tanda kepemilikan ilahi, sebuah jaminan perlindungan bagi mereka yang setia.

Pasal ini kemudian membedakan dua kelompok besar umat yang selamat. Pertama, seratus empat puluh empat ribu orang dari semua suku keturunan bani Israel yang dimeteraikan. Gambaran ini sering diinterpretasikan secara harfiah maupun simbolis sebagai umat pilihan Allah yang terpelihara secara khusus. Mereka digambarkan sebagai orang-orang yang telah melalui kesusahan besar dan telah mencuci jubah mereka, membuatnya putih dalam darah Anak Domba. Ini adalah gambaran kemenangan iman dan kesetiaan mereka.

Kelompok kedua yang terlihat adalah "orang banyak yang tak terbilang banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa," yang berdiri di hadapan takhta dan Anak Domba. Mereka mengenakan jubah putih dan memegang daun-daun palem, berseru dengan suara nyaring, "Keselamatan bagi Dia yang duduk di atas takhta, bagi Anak Domba!" Gambaran ini menegaskan universalitas keselamatan yang ditawarkan Allah. Tidak peduli dari mana atau dari suku mana, setiap orang yang beriman kepada Kristus dan setia sampai akhir akan menjadi bagian dari jemaat yang menang dan berbahagia.

Pasal 7 memberikan janji yang menenangkan: Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka. Tidak akan ada lagi kelaparan, kehausan, atau penderitaan. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Dia akan menjadi Allah mereka. Ini adalah janji penghiburan dan kemenangan akhir, sebuah gambaran tentang keadaan kekal yang penuh sukacita dan kedamaian bersama Tuhan. Wahyu 6 dan 7 secara bersama-sama mengajarkan tentang realitas penghakiman dan kesusahan yang akan datang, namun yang terpenting, mereka memberikan kepastian yang teguh tentang perlindungan dan kemenangan bagi setiap orang yang memiliki iman kepada Anak Domba Allah.