Simbol Kekayaan yang Ternoda

Yakobus 5:3 - Peringatan Keras bagi Kaum Kaya

"Emas dan perakmu telah berkarat dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu serta akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada masa akhir."

Ayat Yakobus 5:3 merupakan sebuah peringatan yang sangat tajam dari Rasul Yakobus, yang ditujukan kepada kaum kaya pada masanya. Peringatan ini bukan sekadar nasihat biasa, melainkan sebuah seruan keras tentang bahaya yang mengintai di balik penumpukan kekayaan yang tidak disertai dengan kebijaksanaan dan keadilan. Yakobus melihat dengan jelas bagaimana gaya hidup yang berfokus pada akumulasi materi bisa berujung pada kehancuran spiritual dan bahkan fisik.

Frasa "emas dan perakmu telah berkarat" adalah sebuah metafora yang kuat. Emas dan perak, yang dianggap sebagai simbol kemapanan dan kekayaan abadi, justru digambarkan mengalami pembusukan. Ini menyiratkan bahwa kekayaan yang diperoleh secara tidak benar atau yang hanya ditimbun tanpa digunakan untuk kebaikan, pada akhirnya akan kehilangan nilainya dan menjadi sumber masalah. Karat yang timbul bukan sekadar tanda kerusakan fisik, melainkan melambangkan kerusakan moral dan spiritual yang disebabkan oleh kekayaan tersebut. Karat ini "akan menjadi kesaksian terhadap kamu" dan "akan memakan dagingmu seperti api." Ini menunjukkan konsekuensi yang mengerikan: kekayaan yang seharusnya membawa kemakmuran malah menjadi alat penghakiman dan kehancuran bagi pemiliknya.

Yakobus kemudian menegaskan, "Kamu telah mengumpulkan harta pada masa akhir." Pernyataan ini bisa diartikan dalam beberapa cara. Pertama, bisa merujuk pada masa akhir zaman sebelum kedatangan Kristus kembali, di mana penumpukan harta duniawi menjadi semakin tidak relevan. Kedua, bisa juga merujuk pada akhir kehidupan seseorang, di mana harta yang dikumpulkan tidak akan dapat dibawa serta. Intinya, Yakobus sedang menyoroti kesia-siaan dari mengabdikan hidup untuk mengumpulkan kekayaan materi semata, terutama ketika hal itu dilakukan dengan mengabaikan prinsip-prinsip ilahi.

Kekayaan yang dikutuk oleh Yakobus bukanlah kekayaan itu sendiri, melainkan cara kekayaan itu diperoleh dan digunakan. Jika kekayaan diperoleh melalui penindasan, ketidakadilan, atau keserakahan, maka kekayaan itu pasti akan menjadi sumber malapetaka. Dalam konteks sosial masa itu, banyak orang kaya yang menimbun harta mereka sambil mengabaikan penderitaan orang miskin, bahkan mungkin memperoleh kekayaan mereka dengan cara mengeksploitasi kaum lemah. Yakobus secara tegas menentang praktik semacam ini.

Pesan Yakobus 5:3 tetap relevan hingga kini. Di tengah dunia yang sering kali mengagungkan kesuksesan materi, ayat ini mengingatkan kita untuk senantiasa memeriksa hati kita. Apakah kekayaan yang kita miliki diperoleh dengan cara yang benar? Apakah kita menggunakan kekayaan kita untuk kemuliaan Tuhan dan untuk membantu sesama? Atau, apakah kekayaan itu malah menjadi tuan kita, membutakan kita dari kebenaran dan menumbuhkan keserakahan? Peringatan Yakobus adalah panggilan untuk menempatkan nilai-nilai rohani di atas nilai-nilai materi, dan untuk memastikan bahwa kekayaan kita menjadi berkat, bukan kutuk.

Untuk mendalami lebih lanjut, pertimbangkanlah bagaimana kekayaan dapat membentuk pola pikir dan tindakan kita. Apakah kekayaan membuat kita menjadi lebih rendah hati dan murah hati, atau justru menjadi sombong dan pelit? Refleksi mendalam atas Yakobus 5:3 dapat menjadi panduan berharga dalam mengelola kekayaan kita dengan bijak dan sesuai dengan kehendak Tuhan.