Ayat Yehezkiel 1:26 membuka tirai menuju salah satu penglihatan paling menakjubkan dan misterius dalam Kitab Suci. Nabi Yehezkiel, yang sedang berada di pembuangan di tepi Sungai Kebar, diberikan penglihatan tentang takhta Allah yang mulia. Di tengah-tengah gambaran makhluk-makhluk surgawi yang luar biasa dan fenomena kosmik, muncul deskripsi yang membingungkan namun penting: di atas takhta itu, ada yang menyerupai seorang manusia.
Penglihatan ini bukan sekadar fantasi, melainkan sebuah wahyu ilahi yang bertujuan untuk meneguhkan umat Allah pada masa-masa sulit. Israel saat itu sedang mengalami kejatuhan dan pembuangan karena dosa-dosa mereka. Namun, Yehezkiel diberi tahu bahwa Allah tetap berdaulat dan kemuliaan-Nya tidak hilang. Penglihatan tentang takhta yang kokoh di tengah badai menunjukkan bahwa meskipun situasi manusia terlihat kacau, Allah berkuasa penuh atas segala sesuatu.
Poin penting dalam ayat ini adalah keberadaan "yang menyerupai seorang manusia" di atas takhta. Ini adalah petunjuk awal yang kuat mengenai aspek kemanusiaan Allah. Dalam teologi Kristen, ini dipahami sebagai nubuat tentang kedatangan Yesus Kristus, Sang Anak Allah, yang akan datang ke dunia dalam rupa manusia. Yesus adalah manifestasi sempurna dari Allah yang berdiam di antara umat manusia, menggenapi janji dan rencana keselamatan-Nya.
Deskripsi Yehezkiel tentang takhta dan figur di atasnya menekankan sifat Allah yang sekaligus transenden (melampaui segalanya) dan imanen (hadir di tengah-tengah). Allah bukan hanya Tuhan yang jauh dan tak terjangkau, tetapi juga Tuhan yang peduli, yang turun ke bumi, bahkan dalam rupa manusia, untuk menebus dan memulihkan umat-Nya. Penglihatan ini memberi harapan bahwa meskipun mereka jauh dari tanah perjanjian, Allah tetap hadir bersama mereka.
Lebih lanjut, keberadaan figur manusia di atas takhta Allah juga menyoroti pentingnya kemanusiaan dalam rencana ilahi. Yesus, dengan kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya, telah membuka jalan bagi manusia untuk kembali memiliki hubungan yang benar dengan Allah. Penglihatan Yehezkiel, yang dilihat ratusan tahun sebelum kelahiran Kristus, menjadi saksi bisu tentang kesetiaan Allah dalam mewujudkan rencana penebusan-Nya. Ia menunjukkan bahwa Allah merencanakan untuk berinteraksi dengan ciptaan-Nya pada tingkat yang paling intim, bahkan mengambil rupa ciptaan-Nya sendiri.
Memahami Yehezkiel 1:26 membawa kita pada apresiasi yang lebih dalam terhadap sifat Allah yang penuh kasih dan berkuasa. Ini adalah janji bahwa di tengah segala kesulitan dan ketidakpastian hidup, Allah tetap duduk di takhta-Nya, berdaulat, dan Dia telah menunjukkan diri-Nya dalam Yesus Kristus, Sang Manusia yang mulia, yang membawa pemulihan dan harapan abadi.