"Dalammu ada orang-orang yang mengambil untung dengan kekerasan terhadap sesama, memeras uang dari orang asing, atau dari anak yatim piatu."
Ayat Yehezkiel 22:12 adalah sebuah seruan peringatan yang keras dari Tuhan bagi umat-Nya di Yerusalem. Melalui nabi Yehezkiel, Tuhan mengungkapkan kekecewaan-Nya yang mendalam terhadap pelanggaran hukum dan standar moral yang merajalela di tengah masyarakat. Ayat ini secara spesifik menyoroti beberapa bentuk ketidakadilan yang dilakukan oleh sebagian orang di dalam kota tersebut, yaitu mengambil keuntungan dengan cara yang tidak benar dari sesama, memeras orang asing, serta menindas anak yatim piatu.
Kekerasan dan pemerasan dalam konteks ayat ini bukan hanya merujuk pada tindakan fisik, tetapi juga meliputi eksploitasi ekonomi dan penipuan. Tuhan melihat bagaimana sebagian individu memanipulasi situasi demi keuntungan pribadi, tanpa memedulikan penderitaan orang lain. Mengambil untung dengan kekerasan terhadap sesama berarti memanfaatkan kelemahan atau keterdesakan seseorang untuk mendapatkan keuntungan yang tidak adil. Ini bisa berupa penetapan harga yang melambung tinggi saat dibutuhkan, pinjaman dengan bunga mencekik, atau berbagai bentuk penipuan lainnya yang merugikan orang-orang di sekitar.
Lebih lanjut, ayat ini menggarisbawahi perlakuan buruk terhadap orang asing. Dalam masyarakat kuno, orang asing seringkali berada dalam posisi rentan. Mereka tidak memiliki jaringan sosial yang kuat, tidak terbiasa dengan adat istiadat setempat, dan seringkali menjadi sasaran empuk bagi mereka yang berniat jahat. Memeras mereka menunjukkan kurangnya belas kasihan dan prinsip keadilan dasar yang seharusnya dijunjung tinggi. Tuhan sangat peduli pada perlakuan terhadap kelompok yang paling rentan di masyarakat, dan ini termasuk orang asing yang mencari perlindungan atau peluang di tengah bangsa Israel.
Aspek lain yang sangat menyedihkan dalam ayat ini adalah penindasan terhadap anak yatim piatu. Anak yatim piatu adalah anak-anak yang kehilangan salah satu atau kedua orang tua mereka, dan oleh karena itu sangat bergantung pada perlindungan dan kasih sayang masyarakat. Seharusnya, mereka menjadi fokus perhatian dan penjagaan, bukan malah menjadi objek pemerasan atau penindasan. Tindakan memeras dari anak yatim piatu menunjukkan kebusukan hati yang paling parah, karena mengeksploitasi mereka yang paling tidak berdaya dan tidak mampu membela diri.
Yehezkiel 22:12 berfungsi sebagai pengingat yang relevan bagi setiap zaman. Perintah Tuhan untuk berlaku adil, mengasihi sesama, dan melindungi yang lemah tidak pernah lekang oleh waktu. Ayat ini mengajak kita untuk merefleksikan tindakan kita sendiri: Apakah kita cenderung mengambil keuntungan yang tidak semestinya dari orang lain? Apakah kita bersikap adil dan welas asih terhadap mereka yang asing bagi kita atau yang berada dalam kesulitan, seperti anak yatim piatu? Pesan dari Yehezkiel menekankan bahwa keadilan sosial dan perlakuan yang bermartabat terhadap semua orang adalah bagian integral dari ketaatan kepada Tuhan.
Tindakan ketidakadilan yang digambarkan dalam Yehezkiel 22:12 bukanlah pelanggaran kecil, melainkan sebuah kejahatan serius yang membebani Yerusalem dan menarik murka ilahi. Ini adalah panggilan untuk pertobatan dan perubahan sikap yang mendasar, agar masyarakat dapat kembali hidup sesuai dengan standar kebenaran dan kasih Tuhan.