Kitab Yehezkiel adalah sebuah kitab kenabian dalam Perjanjian Lama yang berisi penglihatan dan pesan-pesan yang disampaikan oleh nabi Yehezkiel kepada bangsa Israel. Ayat Yehezkiel 24:1 menandai awal dari sebuah perikop yang sangat kuat dan menyedihkan, yaitu nubuat tentang kehancuran Yerusalem. Ayat ini secara spesifik menyebutkan waktu kedatangan firman Tuhan kepada Yehezkiel, yaitu pada tahun kesembilan masa pembuangan, bulan kesepuluh, tanggal dua belas. Penandaan waktu yang presisi ini menunjukkan signifikansi nubuat yang akan disampaikan.
Gambaran visual kehancuran Yerusalem.
Pada masa Yehezkiel bernubuat, bangsa Yehuda telah mengalami pembuangan ke Babel. Yerusalem, yang seharusnya menjadi simbol kehadiran Allah dan kota perjanjian-Nya, berada di ambang kehancuran total. Firman Tuhan yang datang pada waktu yang spesifik ini menggarisbawahi kenyataan pahit yang akan segera dihadapi umat-Nya. Ini bukan sekadar ramalan biasa, melainkan sebuah peringatan keras dari Yang Mahakuasa mengenai konsekuensi dari ketidaktaatan dan pemberontakan mereka terhadap perjanjian Allah.
Kontekstualisasi ayat ini sangat penting. Bangsa Israel telah berulang kali mengabaikan peringatan para nabi sebelumnya, dan dosa mereka telah mencapai puncaknya. Kejatuhan Yerusalem dan kehancuran Bait Suci merupakan hukuman ilahi yang tak terhindarkan. Namun, di tengah-tengah penghukuman ini, pesan Tuhan juga seringkali mengandung janji pemulihan di kemudian hari. Nubuat tentang kehancuran ini seringkali menjadi pendahuluan bagi harapan akan masa depan yang lebih baik, di mana Tuhan akan memperbarui umat-Nya dan perjanjian-Nya.
Bagi Yehezkiel, penerimaan firman Tuhan ini pasti merupakan tugas yang berat. Ia harus menyampaikan berita yang sangat menyakitkan kepada bangsanya yang sudah menderita. Namun, sebagai nabi, ia memiliki tanggung jawab untuk menjadi saluran kebenaran Tuhan, sekeras apapun itu. Ayat Yehezkiel 24:1 adalah titik tolak untuk memahami konsekuensi dari dosa dan kejahatan, tetapi juga merupakan pengingat akan kedaulatan Tuhan atas sejarah dan rencana-Nya yang kekal bagi umat-Nya. Kesetiaan Tuhan tetap teguh meskipun umat-Nya seringkali tidak setia. Pesan ini terus bergema hingga kini, mengingatkan kita tentang pentingnya ketaatan dan harapan pada pemeliharaan ilahi.