"Banyak pohon di Taman Allah telah Ku buat indah, sehingga ia menjulang dengan bangga. Karena itu ia akan dirobohkan."
Kitab Yehezkiel seringkali menggunakan perumpamaan dan gambaran simbolis untuk menyampaikan pesan Tuhan kepada umat-Nya. Dalam pasal 31, nabi Yehezkiel diberikan penglihatan tentang keruntuhan Mesir, yang digambarkan melalui perumpamaan tentang pohon aras besar di Lebanon. Ayat 9 ini menjadi penekanan penting dalam gambaran tersebut. Tuhan menyatakan bahwa Ia sendiri yang membuat pohon-pohon tersebut begitu indah dan menjulang tinggi di Taman Allah. Taman Allah di sini bisa merujuk pada Taman Eden, simbol kesempurnaan dan keindahan ciptaan Tuhan, atau secara lebih luas merujuk pada tempat perlindungan ilahi.
Keindahan dan ketinggian pohon-pohon ini bukan sekadar fenomena alam biasa. Mereka melambangkan kekuasaan, kemegahan, kebanggaan, dan kesombongan. Pohon aras Lebanon, dalam konteks Timur Tengah kuno, memang dikenal sebagai pohon yang luar biasa besar, kuat, dan tahan lama, seringkali diasosiasikan dengan kerajaan dan kekuatan. Tuhan sendiri yang memberikan pertumbuhan dan keindahan itu. Namun, di sinilah letak kontradiksinya: keindahan yang dianugerahkan Tuhan justru digunakan sebagai dasar kesombongan.
Ayat ini menekankan bahwa keindahan yang luar biasa itu membuat pohon-pohon tersebut "menjulang dengan bangga". Kebanggaan ini menjadi sumber masalahnya. Dalam pandangan teologis, kesombongan adalah dosa yang sangat dibenci Tuhan. Ketika makhluk ciptaan, atau dalam konteks ini, bangsa atau kerajaan yang dilambangkan oleh pohon-pohon tersebut, menjadi sombong karena kemuliaan dan kekuatan yang diberikan oleh Tuhan, mereka lupa dari mana sumbernya. Mereka mulai merasa diri setara dengan Tuhan, atau bahkan lebih baik dari-Nya.
Konsekuensi dari kebanggaan yang berlebihan ini sangatlah tragis: "Karena itu ia akan dirobohkan." Tuhan menyatakan bahwa karena kesombongan itulah, keindahan dan kemegahan yang pernah diberikan akan dicabut. Pohon yang menjulang tinggi akan ditebang, kebesaran yang melimpah ruah akan direnggut. Ini adalah peringatan keras bahwa kesombongan adalah akar dari kehancuran. Apa yang terlihat sebagai keindahan di mata manusia bisa menjadi sumber malapetaka jika dibarengi dengan hati yang congkak dan lupa diri.
Meskipun ayat ini berasal dari konteks sejarah yang spesifik, pesannya tetap relevan. Kita seringkali diingatkan untuk tidak membusungkan dada karena pencapaian, kekayaan, atau kekuatan yang kita miliki. Segala sesuatu yang baik datangnya dari Tuhan. Ketika kita merasa bangga atas diri sendiri tanpa mengakui sumber kebaikan itu, kita sedang membangun fondasi untuk kejatuhan. Keindahan sejati, baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat, maupun bangsa, seharusnya mengarah pada kerendahan hati dan rasa syukur, bukan pada kesombongan yang membutakan.
Yehezkiel 31:9 mengingatkan kita untuk senantiasa menguji hati kita. Apakah kemajuan dan keberhasilan yang kita alami membuat kita semakin dekat kepada Tuhan, atau justru semakin menjauh dalam kesombongan? Tuhan adalah sumber segala keindahan dan kekuatan. Ia bisa memberikannya, dan Ia juga bisa mengambilnya kembali. Oleh karena itu, mari kita junjung tinggi kerendahan hati dan pengucapan syukur dalam segala hal yang kita miliki.