"Hai anak manusia, bernubuatlah terhadap gunung-gunung Israel dan katakan: Hai gunung-gunung Israel, dengarlah firman TUHAN!"
Ayat Yehezkiel 36:1 membuka sebuah bagian penting dalam kitab Nabi Yehezkiel, di mana Tuhan berbicara melalui nabi-Nya kepada "gunung-gunung Israel." Pesan ini bukan sekadar retorika kosong, melainkan sebuah deklarasi ilahi yang penuh makna tentang pemulihan, pembaharuan, dan kebangkitan bagi umat pilihan-Nya. Kata "hai anak manusia" yang sering digunakan Tuhan kepada Yehezkiel menekankan bahwa nabi ini adalah wakil manusia yang dipilih untuk menyampaikan firman ilahi.
Gunung-gunung Israel secara simbolis mewakili seluruh negeri Israel, tanah perjanjian yang telah lama dinantikan kembali oleh umat yang terbuang. Dalam konteks sejarah, Israel saat itu berada dalam masa pembuangan di Babel, menyaksikan tanah mereka terinjak-injak dan Bait Suci mereka hancur. Keadaan ini pasti menimbulkan keputusasaan yang mendalam. Namun, Tuhan melalui Yehezkiel menggemakan janji yang kuat bahwa kehancuran bukanlah akhir dari segalanya.
Seruan untuk "mendengarkan firman TUHAN" adalah undangan untuk mengarahkan hati dan telinga kepada suara Sang Pencipta di tengah kebisingan kepedihan dan keputusasaan. Ini adalah panggilan untuk mengalihkan pandangan dari keterpurukan saat ini kepada janji-janji kekal Tuhan. Gunung-gunung, yang sering kali menjadi lambang keteguhan dan keagungan alam, kini diarahkan untuk menjadi saksi dan penerima janji pemulihan ilahi.
Lebih dari sekadar pemulihan fisik tanah dan bangsa, firman ini juga mengarah pada pemulihan rohani yang lebih dalam. Ayat-ayat selanjutnya dalam pasal 36 akan menjelaskan bagaimana Tuhan akan menyucikan umat-Nya dari segala kenajisan, memberikan hati yang baru, dan menempatkan roh-Nya di dalam mereka. Ini adalah gambaran dari perjanjian baru yang dijanjikan, di mana hubungan antara Tuhan dan umat-Nya akan diperbaharui secara fundamental.
Pesan dalam Yehezkiel 36:1 sangat relevan bagi setiap individu yang mungkin sedang menghadapi masa-masa sulit, kehancuran, atau kehilangan harapan. Ia mengingatkan kita bahwa Tuhan memiliki kuasa untuk memulihkan apa yang tampaknya telah hilang selamanya. Janji-janji-Nya bukan hanya untuk bangsa Israel kuno, tetapi juga untuk semua orang yang mencari Dia dengan tulus. Ketika kita mendengarkan firman-Nya, kita membuka diri terhadap kemungkinan transformasi dan kebangkitan, baik dalam kehidupan pribadi, komunitas, maupun di tengah bangsa.
Penting untuk merenungkan bahwa Tuhan memanggil bukan hanya kepada individu, tetapi juga kepada "gunung-gunung," yang menyiratkan bahwa pemulihan-Nya mencakup seluruh aspek kehidupan dan ciptaan. Ia tidak hanya peduli pada jiwa kita, tetapi juga pada kondisi dunia kita. Dengan memfokuskan pendengaran kita pada firman Tuhan, kita dapat menemukan kekuatan, penghiburan, dan harapan untuk menghadapi tantangan apa pun, mengetahui bahwa Sang Pencipta memiliki rencana yang mulia untuk pemulihan dan pembaharuan segala sesuatu.