Yehezkiel 46:18 - Kasih dan Keadilan Tuhan

"Tetapi dari pusaka raja haruslah kauberikan dari tanah pusakanya, supaya jangan orang-orang-Ku terusir dari tanah pusakanya." (Yehezkiel 46:18 TB)
Tanah Pusaka Tumbuh Keadilan Kasih

Ayat Yehezkiel 46:18 memberikan sebuah wawasan yang mendalam mengenai keadilan dan kasih yang seharusnya dipegang teguh oleh seorang pemimpin, khususnya seorang raja, dalam mengelola tanah pusaka bangsanya. Firman ini merupakan bagian dari visi Yehezkiel tentang bait Allah yang diperbaharui, sebuah gambaran harapan dan tatanan yang ideal di bawah pemerintahan Allah.

Dalam konteks sejarah Israel, tanah pusaka memiliki nilai yang sangat sakral. Tanah tersebut adalah anugerah dari Allah, tanda perjanjian-Nya dengan umat pilihan-Nya. Tanah itu bukanlah milik pribadi raja secara mutlak, melainkan sebuah kepercayaan yang dipercayakan kepadanya untuk dijaga dan dibagikan secara adil kepada seluruh umat. Oleh karena itu, ayat ini menekankan pentingnya raja untuk tidak mengambil tanah pusaka dari rakyatnya. Tindakan semacam itu akan dianggap sebagai perampasan hak yang telah ditetapkan oleh Allah bagi umat-Nya. Ini menunjukkan prinsip dasar keadilan yang menolak penindasan dan keserakahan.

Perintah agar raja memberikan dari tanah pusaka miliknya sendiri, bukan dari tanah rakyat, menggarisbawahi prinsip pengorbanan dan prioritas yang benar. Seorang pemimpin yang bijak dan adil akan lebih mengutamakan kesejahteraan rakyatnya daripada keuntungan pribadi. Ia harus bersedia melepaskan sebagian dari apa yang dimilikinya untuk memastikan bahwa setiap anggota umat mendapatkan haknya yang semestinya. Ini adalah cerminan dari karakter ilahi, yaitu kasih yang berkorban dan keadilan yang melindungi yang lemah.

Pesan Yehezkiel 46:18 relevan sepanjang zaman. Dalam bentuknya yang paling murni, ayat ini berbicara tentang tanggung jawab kepemimpinan. Pemimpin, baik dalam skala keluarga, masyarakat, maupun negara, dipanggil untuk bertindak dengan integritas. Mereka harus memastikan bahwa kebijakan dan tindakan mereka tidak merugikan kelompok rentan atau merampas hak dasar orang lain. Sebaliknya, mereka seharusnya menjadi penjaga keadilan dan sumber berkat bagi mereka yang dipimpin.

Penggunaan kata "pusaka" berulang kali dalam ayat ini menekankan betapa pentingnya warisan yang dipercayakan kepada pemimpin. Ini bukan hanya tentang tanah fisik, tetapi juga tentang hak, martabat, dan kesejahteraan umat yang harus dijaga agar tidak hilang atau terampas. Kehidupan rohani kita pun memiliki aspek "tanah pusaka" dalam bentuk anugerah keselamatan dan janji-janji Allah. Kita dipanggil untuk hidup dalam iman dan menjaga hubungan kita dengan Tuhan agar anugerah-Nya tidak hilang karena kelalaian atau dosa.

Pada akhirnya, Yehezkiel 46:18 mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita, sebagai individu dan sebagai bagian dari komunitas, dapat menerapkan prinsip kasih dan keadilan dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kita menjaga warisan yang telah dipercayakan kepada kita? Apakah kita bertindak dengan adil terhadap sesama, khususnya mereka yang lebih lemah? Ayat ini adalah pengingat yang kuat tentang pentingnya kepemimpinan yang bertanggung jawab dan hati yang penuh kasih.