"Oleh karena itu, lihatlah, Aku sendiri akan bertindak dalam murka-Ku; mata-Ku tidak akan mengasihani, dan Aku tidak akan menyayangkan. Mereka akan kulemparkan ke tengah-tengahmu, dan mereka akan tahu bahwa Akulah TUHAN."
Ayat Yehezkiel 5:11 adalah sebuah pernyataan ilahi yang tegas dan penuh peringatan. Terletak dalam konteks nubuat besar yang disampaikan oleh Nabi Yehezkiel kepada umat Israel, ayat ini menegaskan keseriusan dan konsekuensi dari ketidaktaatan mereka terhadap Allah. Dengan kata-kata yang kuat, Allah menyatakan bahwa tindakan penghukuman-Nya tidak akan tertahan, dan kemurkaan-Nya akan dilimpahkan atas mereka yang telah berpaling dari jalan-Nya.
Dalam penafsiran yang mendalam, "mata-Ku tidak akan mengasihani, dan Aku tidak akan menyayangkan" bukanlah ekspresi ketidakpedulian Allah, melainkan penegasan akan keadilan-Nya yang mutlak. Allah adalah Allah yang kudus, dan ketidakadilan serta dosa tidak dapat dibiarkan begitu saja tanpa konsekuensi. Murka ilahi yang diungkapkan di sini adalah respons terhadap pemberontakan yang terus-menerus dan penolakan terhadap kasih karunia yang telah diberikan. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak akan membiarkan dosa merajalela tanpa mengambil tindakan yang tegas untuk memulihkan kesucian dan otoritas-Nya.
Frasa "Mereka akan kulemparkan ke tengah-tengahmu" menyiratkan sebuah kehancuran yang menyeluruh dan tak terhindarkan. Ini bisa merujuk pada kehancuran yang akan menimpa Yerusalem dan Bait Suci, serta pembuangan bangsa Israel. Namun, yang terpenting adalah penutup ayat ini: "dan mereka akan tahu bahwa Akulah TUHAN." Tujuan akhir dari penghukuman ini bukan semata-mata untuk membinasakan, melainkan untuk menginsafkan. Melalui pengalaman yang pahit dan penderitaan yang mendalam, umat pilihan Allah diharapkan akan kembali mengenali dan mengakui kedaulatan serta kuasa TUHAN atas segala sesuatu.
Yehezkiel 5:11 mengajarkan kepada kita tentang sifat ganda Allah: kasih dan keadilan. Meskipun Allah itu penuh kasih dan pengampunan, Dia juga adalah hakim yang adil yang tidak dapat ditipu. Peringatan dalam ayat ini menjadi pengingat abadi bagi setiap generasi tentang pentingnya menjaga kekudusan hidup dan ketaatan yang tulus kepada firman-Nya. Pengetahuan akan TUHAN yang dimaksud di akhir ayat ini bukan hanya sekadar pengenalan intelektual, tetapi sebuah pemahaman yang mendalam dan transformatif tentang karakter-Nya, sehingga mendorong pertobatan dan pemulihan hubungan yang benar. Kehancuran yang dijanjikan adalah jalan menuju kesadaran ilahi yang lebih besar.