Yehezkiel 5:3

"Juga ambillah sedikit dari padanya, dan ikatlah dalam lipatan pakaianmu."

Kitab Yehezkiel adalah sebuah mahakarya kenabian yang penuh dengan gambaran kuat dan pesan-pesan yang mendalam. Salah satu ayat yang mungkin terdengar sederhana namun sarat makna adalah Yehezkiel 5:3, yang berbunyi, "Juga ambillah sedikit dari padanya, dan ikatlah dalam lipatan pakaianmu." Ayat ini muncul dalam konteks peringatan dan penghakiman ilahi terhadap umat Allah yang memberontak. Perintah untuk mengambil dan mengikat rambut di lipatan pakaian ini bukanlah sekadar tindakan fisik, melainkan sebuah simbolisasi yang memiliki implikasi teologis yang signifikan.

Dalam tradisi kuno, rambut seringkali melambangkan kehormatan, kekuatan, dan bahkan identitas seseorang. Mengambil sebagian rambut dan menyimpannya sebagai barang berharga, apalagi mengikatnya erat dalam pakaian, menunjukkan bahwa apa yang diambil itu adalah sesuatu yang penting, yang tidak boleh hilang atau terbuang sia-sia. Dalam konteks Yehezkiel, rambut yang dimaksud berasal dari kepala yang dicukur sesuai perintah sebelumnya. Ini adalah tanda penghinaan, pembuangan, dan kehilangan. Namun, justru dari sisa-sisa kehancuran ini, Allah memerintahkan nabi-Nya untuk menyimpan sebagian. Mengapa?

Simbol Harapan dalam Penghakiman K I R I

Sebagian kecil yang tersisa sebagai pengingat.

Dalam banyak nubuat kenabian, Allah seringkali meninggalkan 'sisa' atau 'jejak' sebagai janji pemulihan. Ayat ini bisa dimaknai sebagai visualisasi bagaimana Allah, bahkan dalam tengah-tengah murka-Nya terhadap dosa dan pemberontakan, tetap memelihara sebuah harapan. Sisa rambut yang diikat erat itu menjadi pengingat bahwa keadilan akan ditegakkan, tetapi juga bahwa kasih karunia Allah tidak sepenuhnya hilang. Ini adalah kesaksian visual tentang kedaulatan Allah atas segala peristiwa, baik yang membawa penghukuman maupun yang membawa janji penebusan.

Lebih jauh lagi, tindakan ini bisa menjadi pengingat pribadi bagi Yehezkiel sendiri. Sebagai nabi, ia harus menyaksikan dan menyampaikan pesan-pesan yang sulit, seringkali tidak populer. Menyimpan sisa-sisa kehancuran itu dalam pakaiannya bisa menjadi cara untuk membawa beban danrealitas umatnya secara intim, sebagai pengingat konstan akan urgensi pesannya. Ini adalah sebuah perwujudan dari perkataan nabi dalam tindakan nyata, agar ia tidak pernah melupakan apa yang telah terjadi dan apa yang harus disampaikan. Yehezkiel 5:3 menggarisbawahi bahwa bahkan dalam situasi paling kelam sekalipun, Allah memiliki rencana yang lebih besar, yang mencakup keadilan, peringatan, dan pada akhirnya, harapan yang terkandung dalam sisa-sisa yang terpelihara.

Memahami ayat ini dalam konteks yang lebih luas dari kitab Yehezkiel membantu kita melihat gambaran yang lebih lengkap. Ini bukan hanya tentang penghukuman, tetapi juga tentang kesetiaan Allah yang abadi. Sekalipun umat-Nya jatuh ke dalam dosa dan menghadapi konsekuensi yang berat, Allah tidak pernah sepenuhnya meninggalkan mereka. Ada janji pemulihan yang selalu tersirat, bahkan dalam teguran-Nya yang paling keras sekalipun. Ayat ini, dengan kesederhanaannya, mengajarkan kita tentang kedalaman rencana ilahi dan pentingnya setiap detail dalam penyampaian pesan-Nya.

Bagi kita hari ini, ayat ini dapat menjadi renungan tentang bagaimana kita memandang 'sisa-sisa' dalam hidup kita. Apakah kita melihatnya sebagai kegagalan total, atau sebagai kesempatan untuk belajar dan bertumbuh? Allah seringkali bekerja melalui hal-hal yang tampaknya kecil atau tidak berarti untuk menunjukkan kekuatan dan kasih-Nya yang besar. Seperti Yehezkiel yang mengikat rambut itu dalam lipatan pakaiannya, kita dipanggil untuk membawa pelajaran dari masa lalu dengan bijak, sebagai pengingat akan anugerah dan tuntunan-Nya.

Untuk pemahaman lebih lanjut mengenai konteks kitab Yehezkiel, Anda dapat merujuk pada Yehezkiel 5:1-4.