"Janganlah orang yang membeli bersukacita, dan janganlah orang yang menjual kecewa, sebab murka atas seluruh bangsa itu."
Ayat Yehezkiel 7:12 menyajikan sebuah gambaran yang sangat suram, sebuah peringatan keras yang menggema dari nubuat nabi Yehezkiel. Ayat ini berbicara tentang akhir dari segalanya, sebuah kehancuran yang menyeluruh yang tidak pandang bulu. Frasa "Janganlah orang yang membeli bersukacita, dan janganlah orang yang menjual kecewa" secara lugas menggambarkan keputusasaan total yang melanda seluruh masyarakat. Dalam situasi normal, aktivitas jual beli adalah inti dari kehidupan ekonomi dan sosial, di mana ada harapan bagi pembeli dan keuntungan bagi penjual. Namun, ketika murka ilahi turun, semua logika duniawi menjadi tidak berarti.
Konteks dari nubuat Yehezkiel 7:12 adalah penghakiman Allah atas dosa dan pemberontakan umat-Nya, yaitu bangsa Israel, yang telah lama berpaling dari jalan-Nya. Mereka telah mengabaikan hukum-hukum-Nya, menyembah berhala, dan melakukan berbagai kejahatan. Allah, dalam kesabaran dan keadilan-Nya, telah memberikan banyak kesempatan untuk bertobat, namun peringatan-peringatan itu seringkali diabaikan. Akhirnya, tibalah saatnya bagi keadilan-Nya untuk dinyatakan, sebuah keadilan yang mendalam dan tidak dapat dihindari.
Apa yang dimaksud dengan "murka atas seluruh bangsa itu"? Ini bukan sekadar kemarahan sesaat, melainkan ekspresi dari kesucian Allah yang tidak dapat mentolerir dosa yang terus-menerus. Murka ini membawa konsekuensi yang mengerikan: kehancuran kota, hilangnya harta benda, dan penderitaan yang tak terbayangkan. Dalam situasi seperti ini, tidak ada lagi yang bisa diselamatkan atau diharapkan. Baik mereka yang memiliki kekayaan (yang tidak dapat menjualnya untuk melarikan diri) maupun mereka yang miskin (yang mungkin berharap untuk mendapatkan sesuatu dari kekacauan) sama-sama akan kehilangan segalanya. Kehidupan yang telah dibangun dengan susah payah akan lenyap dalam sekejap.
Ayat ini juga mengajarkan kita tentang keadilan Allah yang mutlak. Allah tidak akan membiarkan dosa tanpa konsekuensi. Meskipun Ia adalah Allah yang penuh kasih dan pengampunan, Ia juga adalah Allah yang adil yang akan menghakimi semua perbuatan. Peringatan Yehezkiel 7:12 mengingatkan kita untuk tidak pernah meremehkan kesucian dan keadilan Allah. Ini adalah panggilan untuk hidup dalam ketakutan akan Tuhan, menjaga hati dan pikiran kita dari godaan dosa, dan senantiasa mencari pengampunan melalui jalan yang telah Dia sediakan. Di tengah dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan potensi kehancuran, ketaatan kepada firman-Nya adalah benteng terkuat kita.
Implikasi dari ayat ini melampaui masa lalu bangsa Israel. Ini adalah peringatan universal yang relevan bagi setiap zaman dan setiap individu. Tanpa pertobatan dan penerimaan akan kasih karunia-Nya, setiap orang berisiko menghadapi konsekuensi dari dosa mereka. Maka, marilah kita meresapi peringatan dalam Yehezkiel 7:12 sebagai sebuah dorongan untuk mencari Tuhan selagi Dia berkenan ditemui, sebelum terlambat. Keadilan-Nya pasti, tetapi kasih sayang-Nya juga tersedia bagi siapa pun yang mau berbalik kepada-Nya dengan tulus.