Yehezkiel 8:6 - Godaan Berhala dan Panggilan Pertobatan

"Lalu firman-Nya kepadaku: 'Hai anak manusia, lihatlah apa yang mereka lakukan, perbuatan-perbuatan yang keji ini, yang membuat Aku jauh dari tempat kudus-Ku! Maka lihatlah sekali lagi, perbuatan-perbuatan yang lebih keji lagi.'"
Simbol Gerbang Bait Allah

Kitab Yehezkiel adalah salah satu kitab kenabian dalam Perjanjian Lama yang dipenuhi dengan penglihatan-penglihatan dramatis dan peringatan keras kepada umat Israel. Pasal 8 secara khusus menggambarkan sebuah penglihatan yang mengerikan di mana Nabi Yehezkiel dibawa oleh Roh Tuhan ke Yerusalem, ke dalam Bait Suci, untuk menyaksikan dosa-dosa umat-Nya yang begitu besar.

Firman Tuhan yang diucapkan Yehezkiel 8:6, "Hai anak manusia, lihatlah apa yang mereka lakukan, perbuatan-perbuatan yang keji ini, yang membuat Aku jauh dari tempat kudus-Ku! Maka lihatlah sekali lagi, perbuatan-perbuatan yang lebih keji lagi," merupakan seruan yang menggugah untuk memperhatikan tindakan-tindakan yang secara fundamental telah mengkhianati perjanjian mereka dengan Tuhan. Kata "keji" dalam konteks ini merujuk pada tindakan penyembahan berhala, kekejaman, dan amoralitas yang merajalela di tengah-tengah umat yang seharusnya menjadi umat kudus Tuhan.

Penyembahan Berhala yang Menggambarkan Ketidaksetiaan

Dalam penglihatan tersebut, Yehezkiel menyaksikan berbagai bentuk penyembahan berhala yang dilakukan di dalam dan di sekitar Bait Suci. Dimulai dari patung Arzim yang menimbulkan murka Tuhan, dilanjutkan dengan gambaran para tua-tua Israel yang menyembah lukisan-lukisan binatang dan berhala-berhala lainnya di dinding Bait Suci. Puncaknya adalah penglihatan wanita-wanita yang meratapi Tamus, dewa kesuburan Babel. Semua ini adalah bentuk ketidaksetiaan yang mendalam terhadap Tuhan Yang Esa.

Tuhan menyatakan bahwa perbuatan-perbuatan ini "membuat Aku jauh dari tempat kudus-Ku." Bait Suci adalah simbol kehadiran Tuhan di antara umat-Nya. Ketika umat-Nya berpaling kepada dewa-dewa lain dan melakukan kebejatan moral, mereka menciptakan jurang pemisah antara diri mereka dengan Tuhan. Kehadiran Tuhan yang kudus tidak dapat berdiam dalam lingkungan yang dipenuhi dosa dan kekejian.

Panggilan untuk Melihat dan Bertindak

Seruan "lihatlah apa yang mereka lakukan" dan "maka lihatlah sekali lagi, perbuatan-perbuatan yang lebih keji lagi" menekankan pentingnya kesadaran. Tuhan tidak ingin umat-Nya tertidur dalam kesesatan mereka. Dia memanggil Yehezkiel, dan melalui dirinya, memanggil seluruh umat Israel, untuk membuka mata terhadap kebobrokan moral dan spiritual yang telah mereka lakukan. Perintah untuk "melihat sekali lagi" menunjukkan bahwa dosa-dosa tersebut semakin buruk dan semakin mengerikan.

Penglihatan ini bukan sekadar deskripsi dosa, tetapi merupakan peringatan keras akan konsekuensi yang akan datang. Dosa-dosa ini akan mendatangkan murka Tuhan dan hukuman yang berat, termasuk kejatuhan Yerusalem dan pembuangan ke Babel. Namun, di balik murka, tersirat juga kerinduan Tuhan agar umat-Nya bertobat. Pesan ini mengingatkan kita bahwa kesetiaan kepada Tuhan adalah fondasi penting dalam hubungan kita dengan-Nya. Penyimpangan dari jalan-Nya, sekecil apapun, dapat menjauhkan kita dari hadirat-Nya dan mendatangkan akibat yang serius.

Relevansi Saat Ini

Meskipun Yehezkiel 8:6 berbicara tentang konteks historis dan budaya pada masanya, pesannya tetap relevan hingga kini. Dalam kehidupan modern, "berhala" bisa mengambil bentuk yang berbeda: materi, kekuasaan, popularitas, atau bahkan ego kita sendiri. "Perbuatan keji" bisa berupa ketidakjujuran, keserakahan, kebencian, atau tindakan yang melukai sesama. Sebagaimana dulu, tindakan-tindakan ini dapat menjauhkan kita dari hadirat Tuhan dan merusak hubungan kita dengan sesama.

Penglihatan Yehezkiel adalah pengingat yang kuat bahwa Tuhan adalah Tuhan yang kudus, yang membenci dosa. Ia memanggil kita untuk selalu memeriksa hati dan tindakan kita, serta untuk senantiasa kembali kepada-Nya dengan tulus. Pertobatan sejati adalah langkah awal untuk memulihkan hubungan yang retak dan mengalami kembali kehadiran-Nya dalam kehidupan kita. Mari kita membuka mata, melihat apa yang kita lakukan, dan memilih untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.