J Y 1 3 B

Yeremia 13:10

"Bangsa yang tidak berguna ini, yang keras kepala, yang menolak untuk mendengarkan firman TUHAN, Allah mereka, berkata: 'Semuanya omong kosong. Apa gunanya kita memelihara pekerjaan kita, jika kita tidak beroleh keuntungan apa-apa, kalau kita hidup dalam ketekunan?'"

Kesombongan dan Penolakan Firman

Ayat Yeremia 13:10 menyajikan sebuah gambaran yang tajam tentang kondisi spiritual umat pilihan Allah. Di sini, Tuhan melalui nabi Yeremia mengungkapkan kekecewaan-Nya terhadap umat yang telah menyimpang dari jalan-Nya. Mereka digambarkan sebagai "bangsa yang tidak berguna" dan "keras kepala", sebuah pernyataan yang sangat kuat dan lugas mengenai penolakan mereka terhadap kebenaran ilahi. Frasa ini bukan sekadar label, melainkan deskripsi mendalam tentang karakter mereka yang menolak untuk tunduk pada suara Tuhan.

Inti dari penolakan ini terletak pada sikap mereka yang "keras kepala", sebuah metafora yang menggambarkan ketidakfleksibelan hati dan ketidakmauan untuk belajar atau berubah. Dalam konteks ini, keras kepala berarti enggan mendengarkan, enggan menerima teguran, dan enggan mengikuti ajaran yang diberikan. Mereka memilih untuk menutup telinga mereka terhadap "firman TUHAN, Allah mereka", yang seharusnya menjadi pedoman hidup dan sumber kekuatan mereka.

Dalih di Balik Kesesatan

Lebih lanjut, ayat ini mengungkap alasan di balik kesombongan dan penolakan mereka. Mereka berkata, "Semuanya omong kosong. Apa gunanya kita memelihara pekerjaan kita, jika kita tidak beroleh keuntungan apa-apa, kalau kita hidup dalam ketekunan?" Kalimat ini menunjukkan bahwa motivasi utama mereka adalah keuntungan materi dan hasil yang nyata dalam pandangan duniawi. Mereka telah mengukur nilai kehidupan dan ketaatan mereka berdasarkan prinsip-prinsip kedagingan, bukan berdasarkan prinsip-prinsip kekal.

Bagi mereka, ketaatan pada firman Tuhan, ketekunan dalam kebaikan, dan hidup yang saleh terasa tidak memberikan imbalan yang memadai atau langsung terlihat. Mereka melihat usaha dalam menjaga hubungan dengan Tuhan sebagai sesuatu yang sia-sia jika tidak membawa keuntungan instan atau materi. Pandangan ini mencerminkan pola pikir pragmatis yang sempit, yang mengabaikan nilai rohani dan berkat jangka panjang dari hidup dalam ketaatan kepada Allah.

Kesombongan mereka bukan hanya pada sikap menolak, tetapi juga pada keyakinan bahwa mereka dapat menentukan nilai kebenaran itu sendiri. Mereka meremehkan firman Tuhan sebagai "omong kosong" ketika tidak sesuai dengan standar kepraktisan dan keuntungan mereka. Ini adalah bentuk kesesatan yang sangat berbahaya, karena menempatkan akal manusia di atas otoritas ilahi.

Implikasi dan Relevansi

Yeremia 13:10 memberikan peringatan keras kepada siapa saja yang cenderung meremehkan nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Penting untuk diingat bahwa berkat-berkat Tuhan seringkali tidak diukur dengan standar duniawi. Ketaatan, kesabaran, dan kasih kepada sesama mungkin tidak selalu menghasilkan kekayaan materi, tetapi dampaknya pada jiwa dan hubungan dengan sesama serta Tuhan jauh lebih berharga dan abadi.

Di tengah godaan dunia modern yang seringkali menekankan kesuksesan materi dan kepuasan instan, kita dipanggil untuk merenungkan kembali prioritas kita. Apakah kita juga cenderung menganggap hal-hal rohani sebagai "omong kosong" ketika tidak membawa keuntungan yang nyata? Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak mengukur nilai hidup hanya dari hasil yang terlihat, tetapi dari kesetiaan pada kebenaran dan kesediaan untuk hidup dalam ketekunan, sekalipun tidak selalu dibalas dengan imbalan duniawi.