Ayat Yeremia 13:25 ini terucap di tengah konteks kenabian yang mendalam, di mana Nabi Yeremia menyampaikan firman Tuhan kepada bangsa Israel yang sedang terjerumus dalam dosa dan penyembahan berhala. Kata-kata ini bukan sekadar ancaman, melainkan sebuah pengingat tegas tentang konsekuensi dari berpaling dari Tuhan. Tuhan menyatakan bahwa ada "nasib" atau "bagian" yang telah ditentukan bagi mereka yang memilih untuk melupakan-Nya dan mempercayai kebohongan. Kebohongan ini merujuk pada janji-janji palsu dari ilah-ilah lain atau ajaran yang menyimpang dari kebenaran-Nya.
Meskipun ayat ini terdengar berat, penting untuk memahami konteks yang lebih luas dari nubuat Yeremia. Tujuannya bukan untuk membuat umat Tuhan putus asa, melainkan untuk membawa mereka kepada kesadaran dan pertobatan. Tuhan adalah Tuhan yang adil, dan keadilan-Nya menuntut pertanggungjawaban atas pelanggaran hukum-Nya. Namun, di balik keadilan-Nya, Tuhan juga adalah Tuhan yang penuh kasih dan pengampunan.
Frasa "melupakan Aku" menyentuh inti permasalahan. Lupa akan Tuhan berarti melupakan siapa Dia, betapa besar kasih-Nya, kesetiaan-Nya, dan kebaikan-Nya. Lupa akan Tuhan juga berarti melupakan perjanjian yang telah dibuat-Nya dengan umat-Nya. Ketika manusia melupakan Sumber kehidupan dan kebenaran, mereka rentan untuk mencari kepuasan dan jawaban pada hal-hal yang bersifat sementara dan menipu—seperti penyembahan berhala, kesenangan duniawi, atau janji-janji palsu yang ditawarkan oleh musuh.
Namun, Alkitab tidak berhenti pada konsekuensi dosa. Kitab Yeremia sendiri dipenuhi dengan janji pemulihan dan harapan. Setelah menggambarkan kehancuran dan hukuman, Tuhan seringkali menawarkan jalan kembali. Inilah keindahan kasih karunia ilahi. Meskipun kita berdosa dan berpaling, Tuhan selalu membuka pintu bagi kita untuk kembali kepada-Nya. Pengampunan-Nya tersedia bagi mereka yang mau berbalik hati.
Dalam terang Yeremia 13:25, kita diingatkan untuk senantiasa menjaga relasi kita dengan Tuhan. Kita perlu secara sadar mengingat siapa Dia dan apa yang telah Dia lakukan bagi kita. Ini berarti membaca firman-Nya, berdoa, merenungkan kasih-Nya, dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Ketika kita tergoda untuk "melupakan" Tuhan dan beralih kepada "kebohongan", ingatlah bahwa janji pemulihan dan pengampunan selalu tersedia bagi mereka yang tulus bertobat. Tuhan tidak pernah senang melihat umat-Nya binasa, melainkan Ia rindu kita hidup dalam kelimpahan dan kebenaran-Nya. Mari kita pegang teguh kebenaran ini dan jangan pernah melupakan Tuhan yang telah menebus kita.