Yeremia 14:16

"Dan para imam berkata kepadanya: 'Ini sudah waktunya, dan juga raja; inilah waktunya rakyat ini disalibkan.' "

Ilustrasi ratapan dan kekeringan

Kutipan dari Kitab Yeremia pasal 14 ayat 16 ini menggambarkan momen keputusasaan dan pengakuan dosa yang mendalam di hadapan Tuhan. Dalam konteksnya, ayat ini merupakan bagian dari ratapan nabi Yeremia atas dosa-dosa umat Israel dan hukuman yang mengikuti. Ketika kekeringan melanda negeri Yehuda, menelan tanaman dan mengeringkan sumber air, rakyat berseru kepada Tuhan untuk memohon belas kasihan. Namun, para imam dan nabi palsu memberikan respons yang sinis, menyalahkan rakyat dan bahkan raja sebagai penyebab malapetaka. Mereka menyatakan bahwa waktu untuk menghukum dan menyalibkan (dalam artian menghancurkan) rakyat telah tiba, menunjukkan ketidakmauan mereka untuk mengakui kesalahan dan bertobat.

Kutipan "ini sudah waktunya, dan juga raja; inilah waktunya rakyat ini disalibkan" mencerminkan sebuah pandangan yang fatalistik dan putus asa. Alih-alih menawarkan harapan atau jalan keluar yang benar, para pemimpin rohani ini justru mengonfirmasi kehancuran yang akan datang. Mereka tampaknya telah kehilangan iman dan kepedulian terhadap umat yang mereka pimpin. Kata "disalibkan" di sini bukanlah secara harfiah seperti penyaliban yang kemudian dikenal dalam sejarah, tetapi lebih merujuk pada penghancuran total, pemusnahan, atau kehancuran yang mengerikan. Ini adalah pernyataan tentang keadaan yang sangat buruk, di mana solusi yang dianggap satu-satunya adalah pemusnahan.

Kitab Yeremia sering kali dipenuhi dengan gambaran penderitaan dan hukuman ilahi sebagai akibat dari ketidaktaatan umat Israel terhadap perjanjian mereka dengan Tuhan. Kekeringan yang digambarkan adalah simbol dari ketiadaan berkat ilahi yang biasanya mengalir ketika umat setia kepada Tuhan. Ayat 16 ini secara khusus menyoroti kegagalan para pemimpin spiritual untuk membimbing umat dengan benar. Sebaliknya, mereka justru memperkuat rasa keputusasaan dan menerima nasib buruk seolah-olah itu adalah kehendak yang tak terhindarkan tanpa adanya kesempatan untuk pemulihan melalui pertobatan.

Pesan dalam Yeremia 14:16 mengingatkan kita akan pentingnya kepemimpinan yang beriman dan bertanggung jawab, baik dalam ranah rohani maupun duniawi. Ketika para pemimpin menyerah pada keputusasaan dan menolak untuk mencari solusi yang sesuai dengan kehendak Tuhan, dampaknya bisa sangat merusak bagi seluruh masyarakat. Ayat ini juga mengajak kita untuk merenungkan reaksi kita sendiri ketika menghadapi kesulitan. Apakah kita cenderung menyalahkan dan berputus asa, ataukah kita mencari kebenaran, bertobat, dan memohon belas kasihan Tuhan dengan sungguh-sungguh, mencari jalan keluar melalui Dia? Perkataan para imam dalam ayat ini adalah sebuah peringatan tentang bagaimana kepemimpinan yang gagal dapat memperparah krisis.