Yeremia 18:15

"Tetapi umat-Ku telah melupakan Aku, sebab mereka mempersembahkan korban kepada kesia-siaan; mereka dibuat tersandung di jalan mereka, di jalan-jalan purba kala, untuk berjalan di jalan yang tidak diratakan."

Jalan yang Terlupakan

Ayat Yeremia 18:15 menghadirkan sebuah gambaran yang sangat kuat tentang umat Tuhan yang mulai menyimpang dari jalan kebenaran. Nubuatan ini disampaikan oleh Nabi Yeremia pada masa ketika bangsa Israel tengah menghadapi gejolak politik dan spiritual yang mendalam. Frasa "umat-Ku telah melupakan Aku" menunjukkan adanya suatu bentuk pengabaian dan kehilangan arah spiritual. Kasih setia dan petunjuk Tuhan yang telah membimbing mereka sejak lama kini seolah terlupakan, digantikan oleh hal-hal yang sia-sia.

Konsep "mempersembahkan korban kepada kesia-siaan" dapat diartikan sebagai penyerahan diri dan sumber daya pada hal-hal yang tidak memiliki nilai kekal atau tidak mendatangkan kebaikan sejati. Ini bisa berupa penyembahan berhala, pemujaan terhadap berhala-berhala kebendaan, atau pengejaran ambisi duniawi yang kosong. Ketika fokus bergeser dari Sang Pencipta ke hal-hal ciptaan yang bersifat fana, dampaknya adalah tersesat.

"Mereka dibuat tersandung di jalan mereka, di jalan-jalan purba kala, untuk berjalan di jalan yang tidak diratakan." Pernyataan ini menggambarkan konsekuensi dari meninggalkan jalan Tuhan. Jalan-jalan purba kala yang dimaksud adalah tradisi dan ajaran luhur yang telah diberikan Tuhan kepada leluhur mereka. Namun, kini mereka memilih untuk tidak mengikuti jalan yang sudah teruji dan diberkati itu. Alih-alih, mereka menapaki jalan baru yang tidak rata, penuh rintangan, dan berbahaya. Jalan yang "tidak diratakan" menyiratkan ketidakpastian, kesulitan, dan potensi kehancuran.

Konteks historisnya, bangsa Israel pada masa Yeremia sering kali terombang-ambing antara ketaatan pada Tuhan dan godaan untuk mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa sekitar. Mereka melupakan perjanjian mereka dengan Tuhan dan lebih memilih untuk mencari perlindungan pada kekuatan duniawi atau jalan hidup yang menyimpang. Akibatnya, mereka menghadapi murka Tuhan dalam bentuk penghukuman, penaklukan oleh musuh, dan pembuangan.

Pesan dalam Yeremia 18:15 tetap relevan hingga kini. Dalam kehidupan modern yang serba cepat, mudah sekali kita tergoda untuk melupakan Tuhan dan arah yang telah Dia tetapkan. Kesibukan duniawi, tuntutan karier, atau godaan materi dapat membuat kita kehilangan jejak dari jalan kebenaran yang telah Tuhan sediakan. Penting bagi kita untuk senantiasa mengingat dan kembali kepada Tuhan, serta tidak tersandung oleh kesia-siaan dunia yang menjanjikan namun akhirnya hanya membawa kehancuran. Memilih untuk berjalan di jalan Tuhan berarti memilih jalan yang pasti, yang diratakan oleh kasih dan hikmat-Nya, yang pada akhirnya akan membawa kedamaian dan tujuan sejati.