"Pergilah ke rumah tukang periuk, dan di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-Ku kepadamu."
Ayat Yeremia 18:2 merupakan sebuah instruksi ilahi yang diberikan oleh Tuhan kepada nabi Yeremia. Tuhan tidak sekadar memerintahkan Yeremia untuk menyampaikan pesan, tetapi juga menuntunnya untuk mengalami dan memahami pesan tersebut secara mendalam. Perintah untuk pergi ke rumah tukang periuk bukanlah kebetulan. Ini adalah sebuah gambaran metaforis yang kuat tentang hubungan antara Allah, umat-Nya, dan cara Allah membentuk serta memperlakukan mereka.
Rumah tukang periuk adalah tempat di mana tanah liat mentah diubah menjadi sebuah bejana yang memiliki kegunaan dan bentuk yang indah. Tukang periuk memiliki kuasa penuh atas bahan mentahnya. Ia dapat membentuknya sesuka hati, membuangnya jika cacat, atau membentuknya kembali menjadi sesuatu yang baru. Dalam konteks Yeremia, Tuhan menggunakan analogi ini untuk menunjukkan bahwa Israel adalah tanah liat di tangan-Nya. Tuhan adalah Sang Pencipta dan Sang Pembentuk.
Instruksi untuk mendengarkan "perkataan-Ku" di rumah tukang periuk menekankan bahwa pemahaman yang mendalam tentang kehendak Tuhan sering kali datang melalui pengalaman langsung dan perenungan. Yeremia tidak hanya mendengar firman secara pasif, tetapi ia dibawa ke sebuah lokasi di mana ia dapat melihat proses pembentukan berlangsung. Ini mengajarkan kita bahwa firman Tuhan tidak hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk direnungkan dan dipraktikkan, bahkan dalam konteks yang paling sederhana sekalipun.
Konteks kitab Yeremia secara umum adalah masa-masa sulit, pengkhianatan, dan penghukuman yang akan datang bagi bangsa Israel karena dosa-dosa mereka. Tuhan ingin Yeremia memahami bahwa meskipun Dia adalah Allah yang adil dan akan menghakimi dosa, Dia juga adalah Allah yang penuh kasih dan ingin menebus. Sama seperti tukang periuk yang dapat membentuk kembali tanah liat yang rusak, Tuhan juga memiliki kuasa untuk membentuk kembali umat-Nya jika mereka mau bertobat dan kembali kepada-Nya.
Melalui gambaran ini, Tuhan menekankan kedaulatan-Nya atas ciptaan-Nya. Ia memiliki hak untuk membentuk dan mengatur kehidupan sesuai dengan rencana-Nya yang sempurna. Namun, kedaulatan ini tidak berarti penindasan. Sebaliknya, ini adalah tawaran untuk dibentuk menjadi sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang sesuai dengan tujuan Sang Pencipta. Seperti bejana yang baru dibentuk menjadi alat yang berharga, demikian pula umat Tuhan dapat diubahkan melalui kuasa-Nya.
Yeremia 18:2 menjadi pengingat yang kuat bagi kita bahwa Tuhan memiliki kendali penuh atas kehidupan kita. Dia dapat menggunakan keadaan, bahkan kesulitan, untuk membentuk karakter kita, mengajarkan kita pelajaran berharga, dan menjadikan kita bejana yang lebih baik di tangan-Nya. Kuncinya adalah kerelaan kita untuk berada dalam proses pembentukan itu, mendengarkan firman-Nya, dan mengizinkan Dia bekerja dalam diri kita, sama seperti tanah liat yang di tangan tukang periuk.