Yeremia 21:9

"Siapa yang tinggal di kota ini, akan mati oleh pedang, oleh kelaparan dan oleh penyakit sampar; tetapi siapa yang keluar dan menyerah kepada orang Kasdim yang mengepungnya, ia akan hidup dan nyawanya akan menjadi rampasan baginya."
Pilihan Hidup dan Mati

Ilustrasi: Dua jalan yang berbeda, satu menuju kegelapan, satu menuju terang.

Ayat Yeremia 21:9 merupakan sebuah firman kenabian yang disampaikan oleh Nabi Yeremia atas perintah Tuhan kepada Raja Zedekia dan seluruh penduduk Yerusalem. Di tengah situasi kota yang terkepung oleh pasukan Babilonia di bawah pimpinan Nebukadnezar, umat Tuhan dihadapkan pada sebuah realitas yang sangat pahit dan penuh ancaman. Pesan yang disampaikan bukanlah pesan hiburan, melainkan sebuah peringatan keras yang berujung pada pilihan krusial. Tuhan melalui Yeremia menawarkan dua jalur yang sangat berbeda, masing-masing dengan konsekuensinya sendiri.

Jalur pertama, yang digambarkan sebagai nasib bagi mereka yang tetap tinggal di dalam kota dan melawan, adalah kematian. Kematian tersebut akan datang dalam berbagai bentuk mengerikan: oleh pedang, sebagai akibat dari pertempuran yang tak terhindarkan; oleh kelaparan, yang timbul akibat blokade ketat yang membuat suplai makanan terputus; dan oleh penyakit sampar, yang seringkali menyertai kondisi sanitasi buruk dan kerumunan orang dalam situasi darurat. Ketiga ancaman ini merupakan gambaran nyata dari kehancuran yang akan menimpa Yerusalem. Ini adalah pilihan untuk bertahan dalam keangkuhan dan penolakan terhadap firman Tuhan, yang berujung pada malapetaka total.

Di sisi lain, ada jalur kedua yang ditawarkan: keluar dari kota dan menyerah kepada tentara Babilonia. Pilihan ini bukanlah pilihan yang mudah, terlebih bagi sebuah bangsa yang bangga dan memiliki perjanjian dengan Tuhan. Menyerah berarti merendahkan diri, kehilangan kemerdekaan, dan berhadapan dengan bangsa asing yang membawa kehancuran. Namun, firman Tuhan menjanjikan sebuah harapan di balik kesulitan ini. Mereka yang memilih untuk menyerah akan "hidup" dan "nyawanya akan menjadi rampasan baginya." Ini berarti mereka akan diselamatkan dari kematian yang pasti menimpa penduduk yang bertahan, dan meskipun mereka akan kehilangan segalanya, mereka akan tetap memiliki nyawa. Kehidupan ini, meskipun dalam kondisi tertawan, adalah sebuah kesempatan kedua, sebuah dasar untuk memulai kembali atau setidaknya untuk melangsungkan eksistensi.

Pesan Yeremia 21:9 mengandung makna teologis yang mendalam. Ia menunjukkan kedaulatan Tuhan atas segala bangsa dan peristiwa, termasuk peperangan dan kehancuran. Tuhan berkuasa memberikan kehidupan dan juga mengizinkan kematian. Namun, di balik hukuman yang disampaikan, tersirat pula belas kasihan dan kesempatan untuk bertobat. Pilihan yang diberikan kepada Zedekia dan penduduk Yerusalem adalah cerminan dari pilihan yang seringkali harus dihadapi oleh manusia dalam berbagai situasi kehidupan. Apakah kita memilih jalan yang tampak sulit namun sesuai dengan kehendak Tuhan, atau jalan yang tampaknya lebih aman namun justru menjauhkan kita dari-Nya?

Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini mengajarkan pentingnya kebijaksanaan untuk mengenali tanda-tanda zaman dan meresponsnya dengan tepat. Terkadang, bertahan pada sesuatu yang salah, bahkan dengan keyakinan kuat, dapat berujung pada kehancuran. Sebaliknya, pilihan yang terlihat merugikan pada awalnya, seperti mengakui kesalahan atau menyerah pada situasi sulit dengan cara yang bijak, justru dapat menyelamatkan nyawa dan memberikan kesempatan untuk pemulihan. Yeremia 21:9 mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu menawarkan jalan keluar, meskipun jalan itu mungkin tidak mudah. Keputusan untuk menerima atau menolak tawaran keselamatan-Nya sepenuhnya ada di tangan kita, dengan konsekuensi yang pasti mengikutinya.