Yeremia 23:38 - Janji Allah Terhadap Nubuat Palsu

"Tetapi apabila kamu berkata: 'Garisillah TUHAN', maka beginilah firman TUHAN: Karena kamu berkata tentang perkataan itu: 'Garisillah TUHAN', maka Aku akan mendatangkan kamu seperti perkakas yang dibuang dan terlepas dari padaku."

Kebenaran Akan Tetap Teguh

Ayat Yeremia 23:38 adalah sebuah peringatan keras dari Tuhan melalui nabi Yeremia kepada umat-Nya, terutama kepada para nabi palsu pada masa itu. Ayat ini menyoroti konsekuensi serius dari mengabaikan atau bahkan mempermainkan firman Tuhan. Dalam konteksnya, Tuhan sedang berbicara tentang penipuan dan dusta yang disebarkan oleh para nabi yang mengaku berbicara atas nama-Nya, padahal mereka hanya menyampaikan keinginan dan pikiran mereka sendiri. Perkataan "Garisillah TUHAN" di sini merupakan bentuk sarkasme atau penolakan terhadap otoritas ilahi. Seolah-olah mereka berkata, "Ah, itu hanya perkataan Tuhan, mari kita abaikan atau buat lelucon darinya."

Respon Tuhan terhadap sikap ini sangat tegas. Ia menyatakan bahwa karena mereka memperlakukan firman-Nya dengan semena-mena, Ia akan memperlakukan mereka seperti "perkakas yang dibuang dan terlepas dari padaku." Analogi ini sangat kuat. Sebuah perkakas yang dibuang tidak lagi memiliki kegunaan, tidak lagi menjadi bagian dari pekerjaan sang pengrajin, dan pada akhirnya akan terlupakan atau hancur. Tuhan sedang mengindikasikan bahwa para nabi palsu ini akan kehilangan tempat mereka di hadirat Tuhan, kehilangan otoritas mereka, dan akan ditinggalkan oleh-Nya. Mereka yang seharusnya menjadi saluran kebenaran justru menjadi sumber kesesatan, dan akibatnya adalah pemisahan dari sumber kehidupan dan kebenaran itu sendiri.

Pesan dalam Yeremia 23:38 ini memiliki relevansi yang abadi. Di setiap zaman, selalu ada godaan untuk meremehkan atau memutarbalikkan kebenaran firman Tuhan demi keuntungan pribadi, popularitas, atau kesenangan duniawi. Kita diingatkan bahwa Tuhan tidak akan pernah membiarkan firman-Nya diremehkan. Setiap upaya untuk mengaburkan atau meniadakan kebenaran-Nya pasti akan menuai konsekuensi. Para pengkhotbah, pemimpin rohani, dan setiap orang yang mengaku mewakili Tuhan memiliki tanggung jawab besar untuk berbicara dengan setia dan jujur sesuai dengan apa yang telah dinyatakan-Nya.

Lebih dari sekadar peringatan, ayat ini juga secara implisit menegaskan betapa berharganya firman Tuhan. Firman-Nya adalah sumber kebenaran, kehidupan, dan panduan yang paling andal. Mengabaikannya sama saja dengan menolak berkat dan perlindungan yang Ia tawarkan. Sebaliknya, bagi mereka yang mendengar, menghargai, dan hidup sesuai dengan firman Tuhan, ada janji berkat dan pemeliharaan yang kekal. Tuhan sangat serius dalam menjaga kemurnian dan otoritas firman-Nya. Oleh karena itu, marilah kita mendekati firman Tuhan dengan rasa hormat, kerendahan hati, dan keinginan yang tulus untuk mengerti serta taat padanya, agar kita tidak menjadi seperti perkakas yang dibuang, melainkan menjadi bejana yang terhormat di tangan-Nya.