Ayat Yeremia 36:8 memaparkan momen krusial dalam pelayanan nabi Yeremia. Di tengah situasi genting di Yerusalem, di mana umat Tuhan semakin menjauh dari jalan kebenaran dan menghadapi ancaman kehancuran dari Babel, Yeremia menerima perintah dari Tuhan untuk menuliskan semua firman yang telah diucapkan kepadanya ke dalam sebuah gulungan. Perintah ini bukan sekadar sebuah catatan biasa, melainkan sebuah deklarasi ilahi yang harus disampaikan dengan tegas kepada seluruh bangsa Yehuda.
Perintah ini kemudian diteruskan kepada hamba setianya, Barukh bin Neria. Yeremia, yang mungkin sedang menghadapi pembatasan atau larangan untuk memasuki bait Tuhan, mengamanatkan Barukh untuk membacakan isi gulungan tersebut. Tanggal yang disebutkan dalam pasal ini, yaitu tahun keempat pemerintahan Yoyakim, anak Yosia, raja Yehuda, menempatkan peristiwa ini pada masa yang penuh dengan ketegangan politik dan spiritual. Bangsa Yehuda sedang berada di ambang kehancuran, dan pesan yang dibawa oleh Yeremia adalah peringatan terakhir yang disertai harapan akan pertobatan.
Pentingnya Pemberitaan Firman Tuhan
Kisah Yeremia dan Barukh menekankan pentingnya pemberitaan Firman Tuhan, bahkan dalam kondisi yang paling sulit sekalipun. Barukh, dengan keberanian dan kesetiaan, menjalankan tugasnya. Ia membacakan firman Tuhan di tempat yang seharusnya menjadi pusat penyembahan dan persekutuan dengan Tuhan, yaitu di rumah TUHAN. Ini menunjukkan bahwa pesan Tuhan harus disampaikan di tempat yang semestinya dan didengar oleh sebanyak mungkin orang. Tindakan Barukh ini adalah wujud iman yang aktif, bukan hanya menerima pesan tetapi juga meneruskannya kepada orang lain.
Pemberitaan Firman Tuhan, seperti yang dilakukan Barukh, memiliki tujuan ganda. Pertama, untuk memberikan peringatan kepada umat agar mereka menyadari dosa-dosa mereka dan bahaya yang mengancam jika mereka tidak bertobat. Kedua, untuk memberikan kesempatan bagi mereka untuk berbalik kepada Tuhan dan menerima belas kasihan-Nya. Firman Tuhan adalah sumber kehidupan, kebenaran, dan pengharapan. Ketika Firman ini disampaikan dengan setia, ia memiliki kekuatan untuk mengubah hati, membaharui pikiran, dan mengembalikan hubungan manusia dengan Sang Pencipta.
Tantangan dalam Menyampaikan Kebenaran
Pemberitaan kebenaran seringkali tidak disambut dengan baik. Dalam konteks Yeremia, pesan nubuatan yang disampaikan seringkali dianggap provokatif dan mendatangkan celaka. Raja Yoyakim dan para pejabatnya tidak mau mendengarkan, bahkan membakar gulungan itu. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat Yeremia maupun Barukh. Tuhan memerintahkan Yeremia untuk membuat gulungan baru, dan Barukh pun kembali membacakannya. Kisah ini mengajarkan kita tentang ketekunan dalam melayani Tuhan dan keyakinan bahwa firman-Nya akan tetap teguh meskipun ada penolakan.
Ketaatan Barukh bin Neria pada ayat Yeremia 36:8 adalah teladan bagi kita. Ia menunjukkan bahwa Firman Tuhan layak untuk diperjuangkan dan disampaikan. Dalam dunia modern yang serba cepat dan penuh dengan berbagai macam informasi, penting bagi kita untuk tetap mengutamakan dan menyebarkan kebenaran Firman Tuhan. Ini bisa dilakukan melalui berbagai cara, baik secara pribadi, dalam kelompok kecil, maupun melalui media yang lebih luas. Setiap individu yang percaya dipanggil untuk menjadi pewarta kabar baik, membawa terang dan harapan bagi dunia di sekelilingnya. Pemberitaan yang setia, meskipun mungkin menghadapi tantangan, adalah amanat ilahi yang tidak boleh diabaikan.