Yeremia 39:12

"Carilah dia dan mintalah belas kasihan kepadanya; karena dia akan menyisihkan kamu."

Harapan di Tengah Kehancuran

Kitab Yeremia sering kali digambarkan sebagai salah satu kitab yang paling menyedihkan dalam Perjanjian Lama, dipenuhi dengan kesaksian nabi tentang kehancuran Yerusalem dan pembuangan umat Israel. Namun, di tengah gambaran yang kelam itu, terselip benang-benang harapan yang memberikan perspektif berbeda. Ayat Yeremia 39:12, sebuah instruksi yang diberikan kepada perwira Babel, mengungkapkan adanya belas kasihan yang bisa diperoleh bahkan dalam situasi yang paling mengerikan sekalipun.

Ayat ini merujuk pada Ebed-Melekh, seorang sida-sida istana yang menunjukkan keberanian luar biasa dengan menyelamatkan Yeremia dari sumur tempat ia dilemparkan oleh para pejabat yang menentangnya. Ketika Yerusalem jatuh ke tangan Babel, dan banyak yang menganggap nasibnya sudah ditentukan, ada instruksi khusus dari raja Babel, Nebukadnezar, melalui panglimanya, Nebuzaradan. Instruksi ini tidak lain adalah untuk mencari Ebed-Melekh.

"Carilah dia dan mintalah belas kasihan kepadanya; karena dia akan menyisihkan kamu." Pernyataan ini sungguh paradoks. Ebed-Melekh adalah orang Yehuda, yang seharusnya menjadi salah satu korban penaklukan Babel. Namun, justru dia yang dicari dan dijanjikan perlindungan. Ini bukan karena Ebed-Melekh memiliki kekuatan militer atau status politik yang tinggi di mata Babel. Melainkan, karena tindakan kebaikannya, keberaniannya, dan ketidakpeduliannya terhadap risiko pribadi demi membela seorang nabi yang dianggap musuh oleh penguasa Yehuda sendiri.

Tindakan Ebed-Melekh ini mencerminkan prinsip ilahi yang mendasar: kebaikan akan selalu mendapatkan balasannya. Bahkan ketika dunia tampak didominasi oleh kekerasan dan ketidakadilan, keberanian untuk berbuat benar dan belas kasih dapat membuka jalan keluar yang tak terduga. Ebed-Melekh tidak hanya menyelamatkan Yeremia, tetapi tindakannya itu juga menjadi jaminan keselamatannya sendiri dari kemarahan para penakluk. Ia diperlakukan dengan hormat, dan hidupnya diselamatkan dari nasib yang menimpa banyak warga Yerusalem lainnya.

Bagi kita, Yeremia 39:12 menawarkan sebuah pelajaran penting. Dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam interaksi pribadi, lingkungan kerja, maupun masyarakat luas, kita diingatkan bahwa tindakan belas kasih dan keberanian untuk membela kebenaran tidak pernah sia-sia. Mungkin tidak selalu dalam bentuk perlindungan fisik atau keselamatan instan, tetapi dalam bentuk ketenangan hati, integritas, dan keyakinan bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang melihat dan menghargai setiap perbuatan baik. Ayat ini menjadi mercusuar harapan, mengingatkan bahwa di balik tirai kehancuran dan kesulitan, selalu ada ruang untuk belas kasihan dan pengampunan bagi mereka yang mau mencari dan menerimanya. Ini adalah janji keselamatan yanguniversal, melampaui batas bangsa dan zaman, sebuah pengingat bahwa kebaikan adalah mata uang yang paling berharga di hadapan Tuhan dan sesama.