Yeremia 48:22 - Nubuat Kejatuhan Moab

"Dan hukuman akan menimpa Dibeon, karena dari kejauhan kedengaran dari Bozra dan dari seluruh negeri Moab bahwa mereka berteriak ketakutan."

Kitab Yeremia penuh dengan nubuat-nubuat mengenai penghakiman ilahi terhadap berbagai bangsa, termasuk Moab. Ayat 48:22 secara spesifik menyoroti ketakutan yang melanda kota Dibeon dan negeri Moab secara keseluruhan. Ini bukanlah sekadar ramalan semata, melainkan sebuah pernyataan tegas tentang konsekuensi dari kesombongan, penyembahan berhala, dan penolakan terhadap firman Tuhan. Nubuat ini, yang disampaikan melalui nabi Yeremia, memberikan gambaran yang mengerikan tentang kehancuran yang akan menimpa sebuah bangsa yang pernah menjadi tetangga Israel yang kadang bersahabat, namun juga seringkali memusuhi.

Kata-kata "dari kejauhan kedengaran dari Bozra dan dari seluruh negeri Moab bahwa mereka berteriak ketakutan" melukiskan sebuah adegan kepanikan yang meluas. Dibeon, sebuah kota penting di Moab, menjadi pusat perhatian dari kesaksian kehancuran. Bozra, kota lain yang disebutkan, juga merasakan dampak yang sama. Ini menunjukkan bahwa malapetaka yang menimpa Moab bukanlah kejadian lokal yang terisolasi, melainkan sebuah peristiwa yang mengguncang seluruh negeri, menimbulkan rasa takut yang mendalam hingga terdengar ke kejauhan. Teriakan ketakutan ini adalah suara keputusasaan dari sebuah bangsa yang menghadapi murka Tuhan.

Dalam konteks sejarah, Moab memiliki sejarah yang kompleks dengan Israel. Mereka adalah keturunan Lot, keponakan Abraham, yang secara genealogi memiliki hubungan dekat. Namun, sejarah juga mencatat momen-momen ketegangan dan konflik. Bangsa Moab dikenal dengan dewa mereka, Kemos, dan praktik-praktik keagamaan yang seringkali bertentangan dengan ajaran Yahudi. Kesombongan dan kepercayaan diri yang berlebihan dari bangsa Moab, yang terbiasa dengan kemakmuran dan kekuatan militernya, membuat mereka mengabaikan peringatan-peringatan ilahi.

Simbol panah turun di dalam lingkaran

Ilustrasi: Kejatuhan dan ketakutan.

Nubuat ini, seperti banyak nubuat lainnya dalam Perjanjian Lama, memiliki relevansi yang lebih dalam dari sekadar peristiwa sejarah. Ini mengajarkan kita tentang prinsip keadilan ilahi yang berlaku bagi setiap bangsa dan individu. Kesombongan seringkali mendahului kejatuhan, dan penolakan terhadap kebenaran membawa konsekuensi yang berat. Teriakan ketakutan yang digambarkan dalam Yeremia 48:22 dapat diartikan sebagai pengingat bahwa ada batasan terhadap kesabaran Tuhan. Ketika sebuah bangsa atau individu terus-menerus mengabaikan tuntunan-Nya, pada akhirnya mereka akan menghadapi dampak dari pilihan mereka sendiri.

Pesan ini juga berbicara tentang keutuhan wahyu ilahi. Yeremia tidak hanya menyampaikan pesan penghukuman, tetapi juga pesan pemulihan yang akan datang. Namun, pemulihan seringkali datang setelah masa pemurnian dan pengakuan dosa. Bagi bangsa Moab, dan bagi kita yang mempelajari firman ini, Yeremia 48:22 adalah sebuah peringatan yang kuat untuk senantiasa rendah hati di hadapan Tuhan, hidup dalam ketaatan, dan menghindari kesombongan yang dapat membawa kehancuran. Suara ketakutan yang terdengar dari negeri Moab seharusnya menjadi refleksi bagi kita untuk merenungkan keadaan hati kita dan hubungan kita dengan Sang Pencipta.