"Tinggalkanlah kota-kota dan tinggallah di tebing-tebing, hai penduduk Moab! Jadilah seperti merpati yang bersarang di lobang-lobang di tepi jurang."
Simbolisme tempat berlindung dan peringatan bagi bangsa Moab.
Ayat Yeremia 48:28 merupakan bagian dari serangkaian nubuat yang ditujukan kepada bangsa Moab. Bangsa ini, yang memiliki sejarah panjang berinteraksi, terkadang berseteru, dengan Israel, seringkali menjadi objek hukuman ilahi akibat kesombongan, penyembahan berhala, dan penindasan terhadap umat Tuhan. Nabi Yeremia, di bawah ilham ilahi, menyampaikan pesan peringatan yang keras namun adil.
Dalam pasal 48, dikisahkan kehancuran kota-kota Moab yang megah dan kebanggaan mereka yang akan lenyap. Nubuat ini mencakup perincian tentang bagaimana Babel, sebagai alat penghakiman Allah, akan menyerbu dan menghancurkan negeri tersebut. Ayat 28 secara spesifik menggambarkan keadaan kepanikan dan ketakutan yang akan melanda penduduk Moab.
Perintah untuk "tinggalkanlah kota-kota dan tinggallah di tebing-tebing" serta "jadilah seperti merpati yang bersarang di lobang-lobang di tepi jurang" menunjukkan perlunya mencari tempat perlindungan darurat. Kota-kota yang tadinya menjadi sumber kekuatan dan kebanggaan Moab, kini menjadi sarang kehancuran. Mereka dipaksa untuk meninggalkan segala kenyamanan dan kemegahan, beralih ke tempat-tempat yang sulit dijangkau, terpencil, dan tidak aman.
Metafora merpati yang bersarang di lobang jurang sangat kuat. Merpati memang dikenal mencari tempat berlindung di celah-celah tebing dan gua-gua. Gambaran ini menekankan kerapuhan, ketidakberdayaan, dan hilangnya rasa aman yang dialami bangsa Moab di hadapan kekuatan penakluk. Tempat perlindungan yang mereka cari bukan lagi benteng kota yang kokoh, melainkan celah sempit dan berbahaya di tepi jurang.
Meskipun nubuat ini ditujukan kepada bangsa Moab, pesan di baliknya bersifat universal. Kesombongan, keangkuhan, dan penolakan terhadap kehendak ilahi seringkali berujung pada kejatuhan. Ketika manusia membangun hidup mereka di atas fondasi yang rapuh seperti kekayaan, kekuasaan, atau kebanggaan diri semata, mereka akan rentan ketika badai kehidupan datang menerjang. Kehancuran Moab menjadi pengingat bahwa tidak ada kekuatan manusiawi yang dapat bertahan melawan penghakiman Allah jika mereka terus menerus memberontak.
Ayat ini juga mengajarkan tentang pentingnya rendah hati dan mencari perlindungan pada sumber yang sejati. Bagi umat beriman, perlindungan sejati bukan terletak pada benteng-benteng duniawi, melainkan dalam hubungan dengan Tuhan. Dalam menghadapi kesulitan, kita diingatkan untuk tidak hanya mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi juga untuk berserah dan mencari tuntunan dari Sang Pencipta, yang sanggup memberikan perlindungan sejati di tengah badai kehidupan.